Tampilkan postingan dengan label Pendidikan dan Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan dan Dakwah. Tampilkan semua postingan

30 Mei 2009

Saudaraku pegiat SPA






Saudaraku pegiat SPA tak terasa lama sudah kita bersama, berkumpul, berjamaah, merajut mimpi, merealisasikan mimpi dan entah apa lagi. Kalaupun kita ibaratkan pohon SPA kini sudah besar, daunnya rimbun, buahnya lebat, banyak orang bisa bersandar di batang pokoknya, bergelayut dicabangnya, berteduh dibawahnya, banyak orang menikmati buahnya, banyak yang merasakan kesejukannya.

02 Agustus 2008

Wadah Mengelola Masa Keemasan Anak

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak berusia 0-6 tahun dalam aspek-aspek pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Usaha ini dilakukan oleh lembaga/ lingkungan yang terdiri dari keluarga, sekolah, lembaga-lembaga perawatan, keagamaan dan pengasuhan serta teman sebaya yang berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak.


Para ahli psikologi perkembangan mengemukakan bahwa tumbuh kembang anak ditentukan oleh interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Adanya pengakuan orang tua, pendidikan, maupun lingkungan makro lainnya termasuk kebijakan pemerintah (keputusan) tentang upaya meningkatkan kualitas anak, merupakan faktor lingkungan yang mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan anak, namun perkembangan itu tetap dipengaruhi juga oleh sifat bawaan yang dimiliki anak.


Kondisi tumbuh kembang anak yang baik akan berpengaruh pada kualitas manusia (anak) di kemudian hari. Walaupun konsep kualitas manusia itu sendiri memang masih abstrak, akan tetapi menurut Juwono Sudarsono (1998), mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan bahwa kualitas manusia itu, ditandai dengan ciri-ciri:


Pertama

cerdas, kreatif, terampil, terdidik dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Kedua,

sehat dan berumur panjang.


Ketiga,

mandiri dan memiliki akses kehidupan yang layak.


Dalam hal ini, yang menentukan kualitas manusia tersebut adalah adanya pembinaan sejak usia dini menyangkut masalah kesehatan, nutrisi, dan stimulus intelektual. Maksudnya, kita tidak dapat mengutamakan hanya salah satu dimensinya saja. Tapi, penanganan ketiga dimensi tersebut (kesehatan, nutrisi dan intelektual) sudah harus dimulai sejak dalam kandungan (prenatal).


Oleh karena itu, upaya pembangunan anak melalui program PAUD, khususnya anak-anak di daerah tertinggal, kritis dan minus harus menjadi prioritas program PAUD. Masalah yang muncul saat ini adalah bagaimana agar program PAUD ini betul-betul mendukung Wajar Dikdas (wajib belajar pendidikan dasar) 9 tahun?


Lalu, strategi dan peningkatan akses mutu layanan PAUD seperti apa yang perlu dilakukan guna terwujudnya anak sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia, serta memiliki kesiapan memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut?


Layanan PAUD Saat ini, mutu hasil belajar dan efesiensi pelaksanaan pendidikan nasional masih belum memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh, masih rendahnya mutu hasil belajar dan masih adanya peserta didik yang drop out (DO), baik di SD maupun SLTP. Kondisi ini nampaknya masih memerlukan upaya untuk meningkatkan mutu dan efesiensinya.


Apalagi, berdasarkan serangkaian studi selama 30 tahun, terutama di Amerika Serikat, telah menunjukkan bahwa program pembinaan anak usia dini dapat memperbaiki prestasi belajar, baik di SD, SLTP; dapat meningkatkan produktifitas kerja dan penghasilan di masa depannya; serta mengurangi ketergantungannya kepada pelayanan kesehatan dan sosial (Soedijarto; 1998).


Atas dasar itu, maka untuk melaksanakan program wajar pendidikan dasar 9 tahun, serta upaya meningkatkan mutu relevansi dan efesiensi pendidikan nasional, maka adanya program PAUD menjadi suatu hal yang strategis dan penting dalam pembangunan pendidikan anak.


Namun demikian, saat ini kendala yang masih dirasakan dari program PAUD adalah adanya keterbatasan akses dan belum maksimalnya mutu layanan PAUD di masyarakat. Sebagai contoh, dari 4,5 juta anak usia 0-6 tahun di Jawa Barat baru sebanyak 14,28 persen yang terlayani pendidikan anak usia dini (PAUD), baik formal maupun nonformal. Oleh karena itu, target PAUD untuk sejuta anak di Jawa Barat atau 36,21 persen terasa amat berat jika tanpa peran serta semua lapisan masyarakat (Pikiran Rakyat, 26/6/07).


Sedangkan kondisi layanan PAUD sendiri, di Jawa Barat berdasarkan data kabupaten/ kota tahun 2005 menunjukkan cakupannya 370.565 anak (8,13 persen) untuk PAUD formal dan PAUD nonformal 370.565 anak (8,13 persen). Padahal, menurut Ketua Pelaksana Bermain dan Berlomba di Mapolda Jabar, Novillya Virginia, menyebutkan jumlah mereka di Jawa Barat 4,5 juta anak (PR, 26/6/07). Kondisi tersebut, penulis yakin, tidak jauh berbeda dengan keadaan di provinsi lainnya.


Sementara itu, untuk pelaksanaan kegiatan PAUD sendiri di masyarakat dilakukan melalui dua pendekatan.


Pertama,

PAUD formal dalam bentuk TK/ RA.


Kedua,

PAUD nonformal diantaranya berupa Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitipan Anak (TPA), Posyandu, dan satuan PAUD sejenis lainnya.


Pengembangan PAUD Suatu program dikatakan baik, bila dalam kegiatannya itu memperhatikan kondisi setempat dan melibatkan (baca: memanfaatkan) potensi yang ada di dalam masyarakat secara optimal. Begitu juga dengan program PAUD haruslah memperhatikan kedua aspek tersebut. Dengan kata lain, program PAUD harus dilakukan secara integral dengan program sejenis yang memiliki tujuan sama. Bila hal tersebut tidak dilakukan secara matang, maka bukannya dukungan dan simpati dari pihak lain yang didapat, tetapi justru sikap antipati dari kelompok masyarakat lainnya.


Hal faktual yang dapat menggambarkan kondisi seperti itu adalah apa yang terjadi di daerah Kab. Garut, Jawa Barat. Seperti diberitakan Surat Kabar Priangan (edisi 19-20 Juni 2007), kehadiran program PAUD di desa-desa Kab. Garut, dikeluhkan oleh sejumlah pengelola pendidikan taman kanak-kanak (TK). Dengan maraknya program itu dikhawatirkan akan mengancam keberadaan sekolah TK yang telah lama berdiri.


Selain itu, maraknya program PAUD, juga menimbulkan kecemburuan. Pasalnya, penyelenggaraan pendidikan PAUD mendapat bantuan dari pemerintah, sedangkan pendidikan TK tidak.


Menyikapi hal terakhir, hemat penulis, hal tersebut muncul kepermukaan dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dan komunikasi terhadap adanya program PAUD secara integral dengan program sejenis yang ada di daerah tersebut (baca: masyarakat), seperti TK, RA, TPA, dan lainnya.


Artinya, kalau saja sosialisasi program PAUD itu dilakukan dengan baik dan benar, maka pengelola pendidikan semacam TK dan sejenisnya tidak perlu khawatir dan merasa terancam. Sebab, program PAUD sendiri diperuntukan bagi anak umur 2-4 tahun, sedangkan TK untuk anak 4-6 tahun. Walau pun pada kenyataannya, penulis melihat di lapangan pembagian ini kadang-kadang tidak betul-betul dipatuhi dan tidak ada perbeadaan yang berarti.


Sementara itu, kalau dilihat dari tujuannya, program PAUD bertujuan untuk mengenalkan pendidikan sejak usia dini dan diperuntukkan khusus menampung anak-anak dari keluarga kurang mampu. Sedangkan pendidikan di TK rata-rata dari kalangan keluarga mampu. Dan yang pasti siswa PAUD pun dibatasi hanya 30 anak, sedangkan TK pada umumnya tidak dibatasi.


Untuk itu, pengembangan program PAUD ini ke depan, harus jelas-jelas bersinergi dengan lembaga-lembaga sejenis lainnya, baik yang formal maupun nonformal. Pasalnya, pendidikan semacam TK dan program PAUD ini sesungguhnya adalah sama-sama untuk mengelola masa keemasan anak untuk mempersiapkan memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (baca: mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun). Di sinilah, kelihatannya harus dipersiapkan strategi yang tepat dari adanya program PAUD di masyarakat.


Strategi Peningkatan AksesPelaksanaan pembinaan anak usia dini di Indonesia, sesungguhnya selama ini telah dilakukan melalui berbagai upaya. Baik upaya secara langsung (seperti Tempat Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan Taman Kanak Kanak), maupun secara tidak langsung (Posyandu, Balai Keluarga Balita, dan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh PKK, KOWANI). Namun demikian, sayangnya pelayanan tersebut masih terpisah-pisah, belum tersikronisasi dan sinergik dengan baik, serta jumlahnya pun masih sangat terbatas jangkauannya.


Atas dasar fakta yang ada selama ini dan dikaitkan dengan sasaran program PAUD, maka alangkah baiknya bila strategi pelaksanaan yang diambil dalam program PAUD ini adalah lebih difokuskan pada pemberdayaan pendidikan anak usia dini melalui pendekatan nonformal, dan tentunya dengan tetap harus bersinergi serta berkoordinasi dengan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang bersifat formal.


Untuk itu, secara pendekatan nonformal, langkah menyatukan Posyandu dan Balai Keluarga Balita dalam merealisasikan dari program PAUD adalah sesuatu hal yang realistis dan akan lebih meningkatkan angka pencapaian dari program PAUD. Dalam hal ini, paling tidak ada tiga strategi yang dapat dilakukan terkait dengan upaya peningkatan akses mutu layanan PAUD nonformal dalam mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.


Pertama,

kegiatan penyatuan Posyandu dan BKB harus berimplikasi dalam wujud adanya satu pelayanan yang memberikan bimbingan masalah gizi dan kesehatan yang memadai bagi ibu dan anaknya, memberikan informasi tentang cara-cara mendidik dan memberdayakan anak usia dini secara benar.


Kedua,

harus didukung dengan keterpaduan pada tingkat masyarakat. Yakni berupa fasilitas umum, kader, kurikulum dan pelatihan yang terintegrasi dengan baik. Dalam arti lain, Posyandu dan BKB itu harus disinergiskan dengan semua program yang memiliki tujuan pada kebutuhan anak umur 0-4 tahun dan atau dengan TK. Sehingga transisi dari rumah ke pelayanan PAUD sebelum masuk SD dapat berjalan lancar.


Di sini, pendidikan yang diperlukan bagi anak usia dini sebagai dasar untuk pendidikan selanjutnya, antara lain: pendidikan gerak tubuh & kinestetik; pendidikan untuk mengembangkan kemampuan verbal/ linguistik; dan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan sosio emosional.


Ketiga,

adanya program yang integral dalam hubungan birokrasi yang dilakukan oleh berbagai sektor dan departemen yang terkait dengan bidang pemberdayaan pendidikan anak usia dini dan kesejahteraan keluarga. Arti lainnya, adalah perlu adanya gerakan yang bersifat menyeluruh untuk mengembangkan program PAUD melalui KIE.


Sementara itu, Prof. Dr. Soedijarto (1998), dalam makalahnya berjudul: Pembinaan Perkembangan Anak Sejak Dini Sebagai Investasi Untuk Masa Depan, menyebutkan ada 7 pendekatan dan alternatif pelayanan yang dapat dilakukan untuk meningkatnya akses (jangkauan) dan mutu layanan dari program pembinaan pendidikan anak usia dini ini.


Pertama,

pealayanan langsung kepada anak-anak melalui program penitipan anak, kelompok bermain, dan berbagai bentuk kelembagaan yang melayani anak secara langsung dan melembaga.


Kedua,

pendidikan “caregives” baik orang tua (ibu), atau lembaga sukarela melalui program-program kunjungan dari rumah ke rumah, pendidikan keluarga, Posyandu, atau Balai Keluarga Balita.


Ketiga,

peningkatan partisipasi masyarakat melalui program pemasyarakatan dengan melatih kader dan pemimpin seperti yang dilakukan di Malaysia dan Thailand.


Keempat,

pengembangan kemampuan tenaga ahli dan semi ahli untuk memberikan model-model pembinaan yang dapat menarik perhatian dan memungkinkan motivasi masyarakat untuk mengikuti jejak model-model yang dikembangkan para ahli.


Kelima,

peningkatan kesadaran masyarakat dan peningkatan tuntutan masyarakat perlunya program tersebut.


Keenam,

mengembangkan jaringan kerja dalam masyarakat yang dapat mendukung terlaksananya suatu program, seperti ditetapkannya peraturan-peraturan yang secara tidak langsung mendorong atau memperkuat kemauan seluruh masyarakat untuk melaksanakan program pembinaan anak usia dini.


Ketujuh,

mengembangkan kebijakasanaan nasional yang menjadi landasan terlaksananya program secara ajeg dan sinambung.


Akhirnya, melalui strategi dan usaha peningkatan akses mutu layanan PAUD seperti di atas, maka diharapkan keberadaan program PAUD ini dapat menjadi wadah dalam mengelola masa keemasan anak, serta memiliki kesiapan memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Tepatnya, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.


Wallahu’alam.


Posted By ardanews at 7/30/2008 02:06:00 AM

30 Juli 2008

Tahapan-Tahapan Dalam Mendidik Anak

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabarani).

Berkenaan dengan peringatan “Hari Anak Nasional” yang diperingati setiap tanggal 23 Juli ini. Berikut ini ada kisah yang menarik dan perlu kita renungi sebagai bahan introspeksi diri terkait dengan pola pendidikan anak-anak yang dilakukan oleh orangtua dan pendidik selama ini.

Ibnu Khaldun menceritakan, ketika Al Rasyid menyerahkan anaknya, Al-Amin kepada seorang guru, ia mengatakan, “Wahai Ahmar, sesungguhnya Amirul Mukminin telah menyerahkan kepadamu belahan jiwa dan buah hatinya.

Maka ;
  • Bukalah tanganmu lebar-lebar dan ketaatanmu kepadanya adalah kewajiban.
  • Tetaplah kamu bersamanya sebagaimana kamu kepada Amirul Mukminin.
  • Bacakanlah kepadanya Alquran dan ajarkanlah kepadanya hadis-hadis.
  • Riwayatkanlah kepadanya syair-syair dan ajarkanlah kepadanya sunah.
  • Perlihatkanlah kepadanya fenomena-fenomena dan dasar-dasar ilmu kalam.
  • Laranglah dirinya tertawa bukan pada waktunya.
  • Janganlah ia bertemu denganmu sesaat saja keculai kamu menyampaikan kepadanya pelajaran-pelajaran yang dapat diambilnya, dengan tidak menyembunyikannya sehingga pikirannya menjadi mati.
  • Janganlah kamu biarkan dirinya berleha-leha, sehingga ia suka nganggur dan bersenang-senang.
  • Luruskanlah dirinya sesuai kemampuanmu dengan pendekatan yang lembut.
  • Jika ia menolaknya maka lakukanlah dengan kekerasan.”

Keterangan di atas, merupakan pelajaran bagi orangtua dan pendidik dalam proses pendidikan anak-anak mereka. Sesungguhnya anak kecil itu merupakan amanat bagi setiap orangtuanya. Hatinya masih suci bersih dan kosong. Jika dibiasakan dan diajari kebajikan, ia akan tumbuh pada kebajikan dan berbahagia di dunia maupun di akhirat.

Nabi SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabarani).

Kesuksesan dalam mendidik anak, paling tidak akan ditentukan oleh ketiga kekuatan yaitu orangtua, pendidik di sekolah dan tatanan lingkungan masyarakatnya. Di sini, kelihatannya peran yang menentukan dan strategis dalam periode awal kehidupan seorang anak ialah pola didik dan asuhan dari kedua orangtuanya (baca: ibu dan bapak) di rumah.

Dalam mendidik anak sesuai moral Islam, menurut Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh (2003), ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan.

Pertama,
menanamkan akidah yang sehat. Bersumber dari Rafi r.a., ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW menyerukan adzan shalat ke telinga Hasan bin Ali r.a., ketika ia baru saja dilahirkan oleh Fatimah.” (HR. At-Tirmidzi).

Kedua,
latihan ibadah dan beri hukuman. Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka telah berusia tujuh tahun. dan pukullah mereka, karena meninggalkan shalat ketika mereka telah berusia dua belas tahun. Dan pisahkanlah mereka pada tempat tidur.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim).

Ketiga,
mengajarkan kepada anak sesuatu yang halal dan haram. Bersumber dari Abdullah bin Zaid r.a., ia berkata, “Kami sedang berada di dekat Abdullah bin Masud r.a., ketika mendadak seorang puteranya datang menghampirinya dengan mengenakan baju dari sutera. Abdullah bin Masud bertanya, ‘Siapa yang memakaikan pakaian ini kepadamu?’ Anak itu menjawab, ‘Ibuku.’ Abdullah bin Masud lalu menanggalkannya seraya berkata, ‘Katakan pada ibumu supaya ia memakai pakaian yang selain ini.’

”Keempat,
membangun aktivitas belajar. Rasulullah SAW bersabda, “Hak anak atas ayahnya ialah diajari menulis, berenang dan memberinya rezeki dari yang halal saja.”
(HR. Al-Baihaqi).

Kelima,
membangun persahabatan orangtua terhadap anak. Rasulullah SAW bersabda, “Perhatikanlah anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan baik.”
(HR. Ibnu Majah).
Hadis ini mengajarkan agar orangtua untuk selalu bersahabat dengan anak, mengawasi, memperhatikan, dan mendidik mereka sebaik mungkin. Rasulullah memberi petunjuk dalam sabdanya, “Barangsiapa punya anak kecil hendaklah ia perlakukan secara proposional.” (HR. Ibnu Askair).

Keenam,
membiasakan meminta izin. Ishak Al-Ghazari berkata, “Aku pernah bertanya kepada Al-Auza’i, apa batasan anak kecil yang diharuskan minta izin terlebih dahulu?” Ia menjawab, “Kalau ia sudah berumur empat tahun. pada usia ini, ia tidak boleh menemui wanita tanpa izin terlebih dahulu.” Dan menurut Az-Zuhri, “Seseorang yang menemui ibunya harus minta izin terlebih dahulu.”

Dalam bahasa lain, menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, secara hirarkis pokok-pokok dalam mendidik anak secara Islam itu meliputi tujuh tahapan tanggung jawab yang harus dilakukan orangtua dan pendidik, yaitu:

Pertama,
tanggung jawab pendidikan iman. Di dalamnya menyangkut tentang membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaah; mengenalkan hukum halal dan haram kepada anak sejak dini; menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia tujuh tahun; dan mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya serta membaca Alquran.

Kedua,
tanggung jawab pendidikan moral. Jika sejak masa kanak-kanak, ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki kemampun dan bekal pengetahuan di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa dengan akhlak mulia. Sehingga dari sini, anak akan terhindar dari jeratan perilaku suka berbohong, suka mencuri, suka mencela dan mencemooh, serta terhindar dari kenakalan dan penyimpangan yang dilarang agama.

Ketiga,
tanggung jawab pendidikan fisik. Tanggung jawab ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah, dan bersemangat. Amanat ini di dalamnya berisi tentang tanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga dan anak; mengikuti aturan kesehatan dalam makan, minum dan tidur; melindungi diri dari penyakit menular; merealisasikan prinsip tidak boleh menyakiti diri sendiri dan orang lain; membiasakan anak berolah raga; membiasakan anak untuk zuhud dan tidak larut dalam kenikmatan; membiasakan anak bersikap tegas dan menjauhkan diri dari penggangguran, penyimpangan serta kenakalan.

Keempat,
tanggung jawab pendidikan rasio (akal). Orangtua dan pendidik hendaknya mampu membentuk pola pikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, seperti ilmu agama, kebudayaan dan peradaban. Di sini, anak diusahakan untuk selalu belajar, menumbuhkan kesadaran berpikir, dan kejernihan berpikir (baca: kesehatan berpikir).

Kelima,
tanggung jawab pendidikan kejiwaan. Pendidikan ini dimaksudkan untuk mendidik anak berani bersikap terbuka, mandiri, suka menolong, bisa mengendalikan amarah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan jiwa dan moral secara mutlak. Salah satu bentuknya adalah bagaimana mendidik anak untuk tidak bersifat minder, penakut, kurang percaya diri, dengki, dan pemarah.

Keenam,
tanggung jawab pendidikan sosial. Yakni mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama. Di antaranya berupa penanaman prinsip dasar kejiwaan yang mulia didasari pada akidah islamiah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam. Sehingga si anak di tengah-tengah masyarakat nantinya mampu bergaul dan berperilaku sosial dengan baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.

Ketujuh,
tanggung jawab pendidikan seksual. Di sini, orangtua dan pendidik hendaknya mampu mendidik tentang masalah-masalah seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika anak telah tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang dihalalkan. Lebih jauh lagi, ia diharapkan mampu menerapkan tingkah laku islami sebagai akhlak dan kebiasaan hidup, serta tidak diperbudak syahwat dan tenggelam dalam gaya hidup hedonis.

Wallahu a’lam.

Posted By ardanews

04 Juli 2008

Logo SPA


Cover Proposal Pembangunan

PROPOSAL PEMBANGUNAN
GEDUNG PUSAT DAKWAH DAN PENDIDIKAN ANAK
“SILATURRAHIM PECINTA ANAK-ANAK”

SPA YOGYAKARTA

Yayasan Pusat Dakwah dan Pendidikan
Silaturrahim Pecinta Anak-anak (SPA)
Jl. Affandi (Gejayan) Pelemkecut CT X/14 Yogyakarta
Telp./Fax. (0274) 584186
Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Jl. Kaliurang
No. Rek. 094 001 4875 a.n. YPDP SPA Yogyakarta
Email : spayogyakarta@gmail.com/
tomyhendrawanto@yahoo.com
http : www.blogspa.wordpress.com
2008

PROPOSAL PEMBANGUNAN

GEDUNG PUSAT DAKWAH DAN PENDIDIKAN ANAK
“SILATURRAHIM PECINTA ANAK-ANAK”

SPA YOGYAKARTA

I. NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini bernama : PEMBANGUNAN GEDUNG PUSAT DAKWAH DAN PENDIDIKAN ANAK “SILATURRAHIM PECINTA ANAK-ANAK” (SPA) YOGYAKARTA.

II. DASAR PEMIKIRAN

“Dan hendaklah takut kepada Allah swt orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang meraka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, mereka hendaklah bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An Nisa’[4] : 9)


III. LATAR BELAKANG

Yayasan Pusat Dakwah dan Pendidikan Silaturrahim Pecinta Anak-anak (SPA)Yogyakarta adalah sebuah lembaga dakwah dan pendidikan anak yang didirikan pada tanggal 13 November 1985. Sejak awal kelahirannya, lembaga ini berkonsentrasi terjun secara aktif di lapangan dakwah di kalangan anak-anak dan remaja. Selama ini SPA telah memiliki tanah dan gedung sendiri yang dipakai untuk kantor sekretariat. Namun, karena perkembangan dan kebutuhan dari sebuah lembaga, keberadaan kantor tersebut masih jauh dari harapan sebagai kantor sekretariat lembaga Islam dengan banyak divisi dan beragam kegiatan di dalamnya.
Sejak tahun 1990 SPA mengembangkan ladang garap pengajian anak-anak melalui jalur sekolah yaitu Program Tutorial Membaca Al-Quran (PTMAQ) yang merupakan pilot project program wajib mengaji di sekolah bagi murid kelas 3 SD sekecamatan Depok. Selanjutnya program tersebut berkembang tidak hanya untuk wilayah kecamatan Depok. Dalam perkembangannya, program tersebut sekarang ditangani oleh Lembaga Pendidikan Islam Sekolah Keluarga dan Instansi PrimaCendekia.
Selain itu, sebagai salah satu lembaga Islam, SPA Yogyakarta secara khusus membentuk sebuah satuan tugas yang disebut Badan Pengelola Harian (BPH) Laboratorium Dakwah dan Pendidikan Anak (LABDADIKA), yang mengemban amanah untuk melakukan usaha-usaha research and development (R/D Litbang). Tugas pokoknya adalah melakukan upaya eksplorasi secara terus menerus terhadap pelbagai alternatif metode dan media untuk kepentingan peningkatan kualitas dakwah dan pendidikan di kalangan anak-anak. Alhamdulillah, upaya yang memutuhkan kreativitas yang tinggi ini ternyata berjalan dengan baik dan hasilnya telah dirasakan secara luas oleh berbagai kalangan di seluruh Indonesia.
Keberhasilan ini mendorong pengurus untuk lebih mengembangkan dan mengintensifkan kegiatan research and development di atas agar dapat memberikan sumbangan yang lebih luas bagi gerakan dakwah dan pendidikan Islam di tanah air.
Hasil-hasil kegiatan R/D selama ini disebarluaskan melalui kegiatan penataran dan pelatihan oleh bidang khusus di SPA yang disebut Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LPP) Bina Insantama. Hampir setiap tahun LPP Bina Insantama SPA menyelenggarakan diklat khusus untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidikan baik di lembaga formal seperti TK/SD/SMP/SMU maupun lembaga pendidikan nonformal seperti PAA/TKA/TPA. Sampai sekarang, diklat ini telah diselenggarakan sampai angkatan XIX. Selain itu, tim Penatar dan Pelatih LABDADIKA SPA hampir tiap bulan harus berkeliling ke berbagai wilayah di tanah air untuk menatar dan melatih para aktivis dakwah dan pendidikan anak.
Selain melaksanakan tugas pokoknya untuk menyelenggarakan diklat, SPA juga mengadakan diklat-diklat lain yang dipandang strategis seperti Pelatihan Kader Organisasi, Training of Trainers, Pelatihan Quantum Learning & Quantum Teaching, Pelatihan Bercerita, Kuliah 100 jam (K-100), dan sebagainya.
Mulai tahun 2003, SPA mengembangkan sayapnya di bidang formal dengan merintis dan mendirikan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di bawah divisi Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Salsabila. Sampai sekarang, SPA telah memililiki 5 SDIT dan 4 TKIT di wilayah Yogyakarta, Klaten, dan Purworejo.
Untuk memenuhi perannya secara optimal, SPA juga membutuhkan peningkatan sarana dan prasarana pendukung sehingga diklat dan berbagai aktivitas pendidikan Islam dapat terselenggara secara lebih efektif.
Dengan mengingat latar belakang di atas, SPA akan terus mengembangkan diri agar mampu berfungsi secara efektif sebagai lembaga pusat unggulan (center of exellence) dalam pengkajian dan pengembangan kualitas dakwah dan pendidikan anak serta pengembangan dan optimalisasi potensi sumber daya manusia muslim yang mampu berperan sebagai inisiator, inspirator, dinamisator, dan inovator dalam rangka maraih kejayaan Islam (lii’la-i kalimatillah)

IV. PERMASALAHAN

Tuntutan umat Islam agar Yayasan SPA mengembangkan diri sebagai lembaga yang semakin profesional dan mampu memerankan diri sebagai center of exellence di bidang dakwah dan pendidikan anak, memaksa pengurus menyusun program yang bersifat strategis. Salah satu program tersebut adalah renovasi gedung SPA menjadi kantor berlantai 2, dengan beberapa ruangan antara lain ruang pelatihan, gedung TK Islam, studio rekaman, sanggar seni islam dll.
Dengan mempertimbangkan kenyataan di atas, perlu dilakukan langkah-langkah konkrit untuk menyempurnakan gedung SPA baik dari segi fisik maupun sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan. Dalam hal inilah, perlu disusun anggaran biaya yang diperlukan untuk melakukan renovasi dan sekaligus disusun suatu kepanitian khusus untuk menjadi pelaksana renovasi gedung SPA tersebut.

V. TUJUAN

Kegiatan/proyek renovasi ini diadakan dengan tujuan :
a. Menyediakan fasilitas yang layak demi kelangsungan fungsi SPA
b. Melaksanakan fungsi inovator dan fasilitator bagi pengembangan aktivis dakwah dan pendidikan anak-anak yang berorientasi ke masa depan
c. Mengoptimalkan segenap potensi manusia dan sumber daya manusia muslim pelaku dakwah dan pendidikan anak.

VI. SUSUNAN PANITIA

Untuk melaksanakan rencana renovasi gedung SPA Yogyakarta diperlukan sebuah kepanitiaan. Susunan penitia terlampir.

VII. ANGGARAN BIAYA

Sumber dana untuk membiayai kegiatan ini diperoleh dari :
a. Kas Yayasan SPA
b. Infaq para pengurus Yayasan SPA
c. Infaq para aktivis SPA dan sebagian panitia pelaksana
d. Infaq para aktivis dakwah
e. Sumbangan para donatur yang tidak mengikat
f. Sponsor
g. Sumber-sumber lain yang halal

VIII. PENUTUP

Demikian proposal ini kami susun untuk dipergunakan seperlunya. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan, proposal ini akan segera disempurnakan.
Firman Allah :”………Bila engkau telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah ……”(QS.3:158)



BADAN PEMBINA YAYASAN SPA


DEWAN PEMBINA :

1. Ketua : Prof. Drs. H. Dochak Latif
2. Anggota : Dr. H. Sarbiran
Prof. Dr. Wuryadi

DEWAN PENGAWAS DAN PEMERIKSA :

1. Ketua : Drs. Ady Adaliah, M.M
2. Sekretaris : Ir. Joko Prasojo

DEWAN PENYANTUN :

1. Ketua : Prof. Dr. Noeng Muhadjir
2. Wakil Ketua : dr. H. Chairil Anwar
3. Anggota :
dr. Zein Al Kaff
Dr. Rasimin
Drs. Ishack
Ny. Ulfah Hisyam
Ny. Hayatullah Hasani
Prof. Dr. Darmiyati Zuchdi
Ny. Husein Ahmad
Prof. Dr. Djemari Mardapi

PANITIA PEMBANGUNAN
GEDUNG DAKWAH ISLAM
YAYASAN PUSAT DAKWAH & PENDIDIKAN
SPA YOGYAKARTA


Pembina Yayasan :

1. Ketua : Prof. Drs. H. Dochak Latif
2. Anggota :
Dr. H. Sarbiran
Prof. Dr. Wuryadi

Penasehat Proyek :

Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.
Dra. Hj. Latifah Iskandar
Drs. H. Sunardi Syahuri
dr. H. Probo Suseno, Sp.PD., S.Ger.
Ir. Legowo

Penanggungjawab Proyek :

Ketua Umum YPDP SPA : RUA. Zainal Fanani, Sm.Hk.

Panita Pelaksana :

1. Ketua Panitia : Ki Tomy Hendrawanto, SE
2. Wakil Ketua : Irianto, SH.
3. Wakil Ketua : Mutoha, S.Pd.
4. Sekretaris I : Setyoadi Purwanto, S.Pd. (Kak Adi Kitana)
5. Sekretaris II : Chairil Anwar ZM.
6. Bendahara I : Sudarwati, S.Pd.
7. Bendahara II : Susilo Surahman, S.Ag. M.Pd.

Sie Dana & Publikasi :

1. AR. Sugeng Riyadi, S.Pd.
2. Aris Kusdianto (Pahlawan Bertopeng)
3. Djamiat Chulick, S.Pd.
4. Dr. M. Nur Ichwan
5. Dra. Anis Farikhatin, M. Pd.
6. Drs. H. Jambari
7. Drs. Nanang Priyana
8. Endang Rohmawati, S. Ag.
9. Imron Rosjadi, SS.
10. Imron Rosyadi, S.Ag.
11. Ir. Joko Prasojo, M.Si
12. Katri Hari Sukarsih
13. Laqit Ridlo, S. H
14. M. Ahsin, S. Ag.
15. M. Arifudin
16. M. Rahmad, S.Sos.I
17. M. Zainurrosyid, SHI, MA.
18. Mahroji Khudori
19. Moqowim, M. Ag.
20. Muhsin Kalida, S.Ag., MA.
21. Muksin Anwar, S. Sos. I
22. Murtaqi, S.HI.
23. Nazhif Masykur, S.Fil.I.
24. NH. Bambang Bimo Suryono (Kak Bimo)
25. Nur Fajriyah
26. Puji Hartono, BBA. (Kang Puji)
27. Rohmah Buanawati
28. Sabrur Rahim, M.Ag.
29. Saiful Haq, S. Pd.
30. Saryo, S.Ag.
31. Sayid (Satria Baja Islam)
32. Setiawan Tiada Tara
33. Sugani,S. Pd.
34. Syahir Rofiudin,S. Fil. I.
35. Umi Faizah, S. Ag.
36. Wuntat Wawan Sembodo, S. Ag. (Kak Wuntat)
37. Yulianto Ibrahim, S.S

Sie Pembangunan :

Yudi Wahyudin, S.Ag.
Muhamad Thoha ”Seribu Bintang”
Iim Hilman
Danin Billah
Suryana Wijaya

28 Juni 2008

Rapat panitia

Rapat Panitia Pembangunan Gedung YPDP SPA Yogyakarta diselenggarakan Sabtu, 28 Juni 2008 pukul 20.00 wib di Masjid Pelemkecut. Tampak pada gambar ki-ka : danin, Adi, Tomy, Yudhi, Susilo, Zaenal.

PANITIA PEMBANGUNAN YPDP SPA

PANITIA PEMBANGUNAN
GEDUNG DAKWAH ISLAM
YAYASAN PUSAT DAKWAH & PENDIDIKAN
SPA YOGYAKARTA


Pembina Yayasan :
Prof. Drs. H. Dochak Latif
Prof. Dr. H. Sarbiran, M.Ed.
Drs. H. Adi Andaliah. HB

Penasehat Proyek :
Dra. Hj. Latifah Iskandar
Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.
Drs. H. Sunardi Syahuri
dr. H. Probo Suseno, Sp.PD., S.Ger.
Ir. Legowo

Penanggungjawab Proyek :
RUA. Zainal Fanani, Sm.Hk.

Panita Pelaksana :
1. Ketua Panitia : Ki Tomy Hendrawanto, SE

2. Wakil Ketua : Irianto, SH.
3. Wakil Ketua : Mutoha, S.Pd.
4. Sekretaris I : Setyoadi Purwanto, S.Pd. (Kak Adi Kitana)
5. Sekretaris II : Chairil Anwar ZM.
6. Bendahara I : Sudarwati, S.Pd.
7. Bendahara II : Susilo Surahman, S.Ag. M.Pd.

Sie Dana & Publikasi :
Setiawan Tiada Tara
NH. Bambang Bimo Suryono (Kak Bimo)
AR. Sugeng Riyadi, S.Pd.
Kang Puji Hartono, BBA.
M. Zainurrosyid, SHI, MA.
Moqowim, M.Ag.
Wuntat Wawan Sembodo, S.Ag. (Kak Wuntat)
Yulianto Ibrahim, S.S
Mahroji Khudori
Dr. M. Nur Ichwan
Drs. Nanang Priyana
Laqit Ridlo, SH
Katri Hari Sukarsih
M. Ahsin,S.Ag.
Murtaqi, S.HI.
Rohmah Buanawati
Djamiat Chulik, S.Pd.
Muksin Anwar, S.Ag
Syaiful Haq, S.Pd.
Nadzif Masykur,S.Fil.I.
Rochmad, S.Sos.I
Ariffudin
Syahir Rofiudin,S.HI.
Saryo, S.Ag.
Muksin Kalida, S.Ag., MA.
Dra. Anis Farihatin, M.Pd.
Umi Faizah, S.Ag.
Drs. H. Jambari
Sugani,S.Pd.
Aris Kusdiarto (Pahlawan Bertopeng)
Sayid (Satria Baja Islam)
Ir. Joko Prasojo, M.Si

Sie Pembangunan :
Yudi Wahyudin, S.Ag.
Muhamad Toha Seribu Bintang
Iim Hilman

PROPOSAL PEMBANGUNAN GEDUNG PUSAT YPDP SPA

PROPOSAL PEMBANGUNAN
GEDUNG PUSAT DAKWAH DAN PENDIDIKAN ANAK
“SILATURRAHIM PECINTA ANAK-ANAK”
SPA YOGYAKARTA

Yayasan Pusat Dakwah dan Pendidikan
Silaturrahim Pecinta Anak-anak (SPA)
Jl. Gejayan Pelemkecut CT X/14 Yogyakarta
Telp. (0274) 584186, 544180 Fax. 518300
BNI’46 Cab UGM No. Rek. 228.005527316.901
a.n Katri Hari Sukarsih
Bank Mandiri Cab. Gejayan Yogyakarta No. Rek. 137.00.0422661.5
a.n Imsyahatur Rasyidah
Email : spa_yogya@lycos.com
http : //www.spa_yogya.8m.com


PROPOSAL PEMBANGUNAN
GEDUNG PUSAT DAKWAH DAN PENDIDIKAN ANAK
“SILATURRAHIM PECINTA ANAK-ANAK”

SPA YOGYAKARTA

Jl. Gejayan Pelemkecut CT X/14 Yogyakarta Telp. (0274)584186, 544180 Fax 518300
Email : spa_yogya@lycos.com http : http://www.spa_yogya.8m.com/
BNI’46 Cab. UGM No Rek. 228.005527316.901 a.n Katri Hari Sukarsih
Bank Mandiri Cab Gejayan Yogyakarta No. Rek. 137.00.0422661.5 a.n Imsyahatur R


I. NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini bernama : PEMBANGUNAN GEDUNG PUSAT DAKWAH DAN PENDIDIKAN ANAK “SILATURRAHIM PECINTA ANAK-ANAK” (SPA) YOGYAKARTA.


II. DASAR PEMIKIRAN

“Dan hendaklah takut kepada Allah swt orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang meraka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, mereka hendaklah bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An Nisa’[4] : 9)

III. LATAR BELAKANG

Yayasan Pusat Dakwah dan Pendidikan Silaturrahim Pecinta Anak-anak (SPA)Yogyakarta adalah sebuah lembaga dakwah dan pendidikan anak yang didirikan pada tanggal 13 November 1985. Sejak awal kelahirannya, lembaga ini berkonsentrasi terjun secara aktif di lapangan dakwah di kalangan anak-anak dan remaja. Dan selama ini telah memiliki tanah dan gedung sendiri yang dipakai untuk kantor sekretariat. Namun karena perkembangan dan kebutuhan dari sebuah lembaga, keberadaan kantor tersebut masih jauh dari harapan bila disebut sebagai kantor sekretariat lembaga Islam dengan banyak devisi dan beragam kegiatan di dalamnya.

Sejak tahun 1990 SPA mengembangkan ladang garap pengajian anak-anak melalui jalur sekolah yaitu Program Tutorial Membaca Al Quran (PTMAQ) yang merupakan pilot project program wajib mengaji di sekolah bagi murid kelas 3 SD sekecamatan Depok.

Selain itu, sebagai salah satu lembaga Islam, SPA Yogyakarta secara khusus membentuk sebuah satuan tugas yang disebut Badan Pengelola Harian (BPH) Laboratorium Dakwah dan Pendidikan Anak (LABDADIKA), yang mengmban amanah untuk melakukan usaha-usaha research and development (R/D Litbang). Tugas pokoknya adalah melakukan upaya eksplorasi secara terus menerus terhadap pelbagai alternatif metode dan media untuk kepentingan peningkatan kualitas dakwah dan pendidikan di kalangan anak-anak. Alhamdulillah, upaya yang memutuhkan kreativitas yang tinggi ini ternyata berjalan dengan baik dan hasilnya telah dirasakan secara luas oleh berbagai kalangan di seluruh Indonesia.

Keberhasilan ini mendorong pengurus untuk lebih mengembangakan dan mengentensifkan kegiatan research and development di atas agar dapat memberikan sumbangan yang lebih luas bagi gerakan dakwah dan pendidikan Islam di tanah air.

Hasil-hasil kegiatan R/D selama ini disebarluaskan melalui kegiatan penataran dan pelatihan oleh bidang khusus di SPA yang disebut Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LPP) Bina Insantama. Hampir setiap tahun LPP Bina Insantama SPA menyelenggarakan diklat khusus untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidikan baik di lembaga formal seperti TK/SD/SMP/SMU maupun lembaga pendidikan nonformal seperti PAA/TKA/TPA. Sampai sekarang, diklat ini telah diselenggarakan sampai angkatan XVI. Selain itu, tim Penatar dan Pelatih LABDADIKA SPA hampir tiap bulan harus berkeliling ke berbagai wilayah di tanah air untuk menatar dan melatih para aktivis dakwah dan pendidikan anak.

Selain melaksanakan tugas pokoknya untuk menyelenggarakan diklat, SPA juga mengadakan diklat-diklat lain yang dipandang strategis seperti Pelatihan Kader Organisasi, Training of Trainers, Pelatihan Quantum Learning & Quantum Teaching, Pelatihan Bercerita, Kuliah 100 jam (K-100), dan sebagainya.

Untuk memenuhi perannya secara optimal, SPA juga membutuhkan peningkatan sarana dan prasarana pendukung sehingga diklat dan berbagai aktivitas pendidikan Islam dapat terselenggara secara lebih efektif.

Dengan mengingat latar belakang di atas, SPA akan terus mengembangkan diri agar mampu berfungsi secara efektif sebagai lembaga pusat unggulan (center of exellence) dalam pengkajian dan pengembangan kualitas dakwah dan pendidikan anak serta pengembangan dan optimalisasi potensi sumber daya manusia muslim yang mampu berperan sebagai inisiator, inspirator, dinamisator, dan inovator dalam rangka maraih kejayaan Islam (lii’la-i kalimatillah)

IV. PERMASALAHAN

Tuntutan umat Islam agar Yayasan SPA mengembangkan diri sebagai lembaga yang semakin profesional dan mampu memerankan diri sebagai center of exellence di bidang dakwah dan pendidikan anak, memaksa pengurus menyusun program yang bersifat strategis. Salah satu program tersebut adalah renovasi gedung SPA menjadi kantor berlantai 2, dengan beberapa ruangan antara lain ruang pelatihan, gedung TK Islam, studio rekaman, sanggar seni islam dll.
Dengan mempertimbangkan kenyataan di atas, perlu dilakukan langkah-langkah konkrit untuk menyempurnakan gedung SPA baik dari segi fisik maupun sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan. Dalam hal inilah, perlu disusun anggaran biaya yang diperlukan untuk melakukan renovasi dan sekaligus disusun suatu kepanitian khusus untuk menjadi pelaksana renovasi gedung SPA tersebut.

V. TUJUAN

Kegiatan/proyek renovasi ini diadakan dengan tujuan :
  1. Menyediakan fasilitas yang layak demi kelangsungan fungsi SPA
  2. Melaksanakan fungsi inovator dan fasilitator bagi pengembangan aktivis dakwah dan pendidikan anak-anak yang berorientasi ke masa depan
  3. Mengoptimalkan segenap potensi manusia dan sumber daya manusia muslim pelaku dakwah dan pendidikan anak.

VI. SUSUNAN PANITIA

Untuk melaksanakan rencana renovasi gedung SPA Yogyakarta diperlukan sebuah kepanitiaan. Susunan penitia terlampir.

VII. ANGGARAN BIAYA

Sumber dana untuk membiayai kegiatan ini diperoleh dari :

  1. Kas Yayasan SPA
  2. Infaq para pengurus Yayasan SPA
  3. Infaq para aktivis SPA dan sebagian panitia pelaksana
  4. Infaq para aktivis dakwah
  5. Sumbangan para donatur yang tidak mengikat
  6. Sponsor
  7. Sumber-sumber lain yang halal

VIII. PENUTUP

Demikian proposal ini kami susun untuk dipergunakan seperlunya. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan, proposal ini akan segera disempurnakan.
Firman Allah :”………Bila engkau telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah ……”(QS.3:158)


BADAN PEMBINA YAYASAN SPA

DEWAN PEMBINA :

  1. Ketua : Prof. Drs. H. Dochak Latif
  2. Wakil Ketua :
  3. Sekretaris : Dr. H. Zuchdi
  4. Anggota : Dr. H. Sarbiran
    Prof. Dr. Wuryadi

DEWAN PENGAWAS DAN PEMERIKSA :

  1. Ketua :
  2. Wakil Ketua : Drs. Ady Adaliah, M.M
  3. Sekretaris : Ir. Joko Prasojo

DEWAN PENYANTUN :

  1. Ketua : Prof. Dr. Hj. Aliyah Rasyid Baswedan
  2. Wakil Ketua : Drs. H. Rahmat Wahab, MA, MP
  3. Anggota : Prof. Dr. Noeng Muhadjir
    Dr. H. Chairil Anwar
    Drs. Supidjo Ronodikoro
    Dr. Zein Al Kaff
    Dr. Rasimin
    Drs. Ishack
    Ny. Maryono Marso
    Ny. Ulfah Hisyam
    Sukardjo
    Hayatullah Hasani
    Suryo Hadjam

17 Maret 2008

Lomba Menggambar Mewarnai di Kereta Pramek 16 Maret 2008

Lomba ini diselenggarakan oleh Silaturahmi Pecinta Anak-anak atau lebih dikenal SPA sebuah institusi yang bidang garap utamanya anak-anak bernafaskan dakwah slamiyah, bermarkas di Pelemkecut Gejayan sekarang sebagai ketua yayasan RUA Zaenal Fanani.
Lomba menggambar dan mewarnai di atas kereta pramek dari Lempuyangan – Jebres PP saya nilai sukses untuk pemula. Peserta 47 terdaftar sponsor cukup banyak peliput dari stasiun TV cukup banyak dari Tras TV, Sctv, Metro, TV One, dan RB TV yang akan menanyangkan seluruh acara dengan host Styawan Tiada Tara personil Plat AB.
Acara berlangsung sesuai dengan perencanaan dari stasiun Lempuyangan pukul 09,00 yaitu pertunjukkan sulap di masjid stasiun oleh Miswan aktifis SPA yang kini sebagai staff pengajar dan penelola di Pondok Diponegoro, dilanjutkan lomba menggambar mewarnai dikereta hingga Jebres. Pulangnya sembari menanti penilaian disuguhi cerita oleh Arif pahlawan bertopeng aktifis SPA, diselingi pembagian door prize.
Sampai lempuyangan pukul 12.00 peserta berkumpul kembali di ushola istirahat sholat makan dan pengumuman dipandu styawan kembali, usai pembagian hadiah ditutup diiringi turunnya hujan.
Semua tampak berjalan baik hanya ada satu inflitran tukang potret amatiran tanpa ijin menggambl gambar, ketika dibawah mereka menjual kamibaru sadar. Murtaqi meminta saya konfirmasi ketiaka saya tanya katanya sudah dengan wanita kecil dan saya crossek mereka yang jumlahnya 3 lari, tapi saya biarkan hanya saja cara menjal meeka langsung mendatangi pesta dan tidak menggelar lagi.
Pada hari berikutnya ada salah satu peserta kompalin yang, mendaftar di Radio MBS, peserta datang di stasiun tugu dari jam 08.00 ampai jam 10.00 tak ada petnda lomba akhirnya pulang. Kebetulan saya mampir kanor maka saya sampaikan tak ada satupun info naik di tugu dan seluruh file yang ada saya tunjukkan, kakak yang komplain jawab info dari wanita suara kecil ditelepon. Untuk tak memeperpanjang saya mohon maaf dn saya katakan nanti kami sampaikan pada evaluasiuntuk smentara mohon dterima kaos unu peserta, alhamdlillah diterima dan mereka pamit emudian saya coss cek sari bilang kemgkinan dia yang diterima hana saja tak menginfo naik ditugu, dan im bilang sebagai penata perspan di tugu katakan ada informasi dari kai bahwa ebong ujung timur tak boleh dinaiki karena aan dipakai lomba jadi kesmpulan sementara mis komunikasi saja.
Kepanitiaan cukup solid, saya diajak berawal dari undangan lewat sms dari nomor yang tak di kenal ternyata Fiqoh. Rapat itu yang ketiga dipimpin Sultan pada rapat ke empat sultan tak datang, kemdian saya dengar keseriusan Sultan sang ketua kurang akhirya di dell oleh katri , Kepla kantor SPA. Pada rapat ke lima saya secara aklamasi ditunjuk pengganti tetapi dengan mencoba berdalih ikut sudah dipertengahan dan kurang memahami maka saya lempar ke Katri, peserta setuju dan mulailah pimpinan beralih.
Sebenanya tak banyak yang saya sumbangkan pada acara ini hanya memediasi bertemu dengn Hafidz Asrom anggota DPD, pengusaha Yogyakarta untuk ini ada hasilnya. Mediasi yang lain hanya sebagai jalan pembuka kerjasama yang akan datang

11 Maret 2008

Pendidikan dan masa depan

Setiap manusia mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu yang besar. oleh karena itu, manusia belajar mulai dari awal mereka dilahirkan. Manusia belajar agar mereka pintar dan dapat mengerti alam semesta dan seisinya. Kebutuhan inilah yang menimbulkan interaksi dan hasrat antara manusia dengan manusia ataupun mainteraksi antara manusia dengan alam semesta. Proses belajar tersebut dapat kita sebut sebagai pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses interaksi antar manusia agar mereka memperoleh pengetahuan alam dan social. Pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Masing-masing mempunyai peran tersendiri dalam kehidupan manusia.

Sistem pendidikan formal di Indonesia
Pada jaman dahulu, sebelum Indonesia merdeka, sekolah hanya milik laki-laki dan kaum bangsawan atau orang kaya. Wanita hanya diperbolehkan mengurusi pekerjaan rumah tangga seperti memasak, karena bagi masyarakat jaman dahulu, mereka menganggap bahwa wanita yang bersekolah tinggipun akhirnya hanya akan mengurusi urusan rumah tangga semata. Anak petani dan anak miskin lainnya tidak diperbolehkan sekolah, sehingga pekerjaan mereka adalah bekerja. Sampai suatu saat timbul suatu pergerakan yang dimotori oleh aktivis pembela pendidikan dan aktivis emansipasi wanita seperti Ki Hajar Dewantara dan Kartini. Merekalah yang mempelopori kemajuan pendidikan di Indonesia, sehingga timbul sekolah-sekolah rakyat seperti taman siswa.

Pendidikan formal adalah pendidikan dimana proses belajar mengajarnya yang dilakukan di sekolah atau universitas. Tingkat kelulusannya ditunjukkan dengan nilai dari ujian. Di Indonesia kita menngenal 4 tingkatan pendidikan, di setiap tingkatan, kesulitannya berbeda-beda. Semakin tingkatannya naik, pelajarannya semakin susah dan bertambah. Pendidikan formal tingkat pertama adalah sekolah dasar, yang mempunyai 6 kelas tingkatan. Sekolah dasar biasanya dimulai dari umur 6 tahun setelah lulus dari playgroup. Sekolah dasar mendidik siswanya dengan pelajaran pengetahuan dasar seperti membaca, menghitung, dan menulis serta pelajaran dasar lainnya. pendidikan setelah setelah sekolah dasar adalah sekolah menengah pertama. Sekolah menengah pertama mengajarkan siswanya untuk melanjutkan pelajaran yang diajarkan sekolah dasar. Setelah pendidikan di sekolah menengah pertama adalah sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) sesuai keinginan mereka masing-masing. apabila mereka berkeinginan setelah lulus ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka biasanya memilih sma, tapi apabila mereka ingin bekerja setelah lulus, mereka bisa memilih sekolah menengah kejuruan. Sekolah menengah atas mengajarkan hal yang dilanjutkan sekolah tingkat pertama. Sekolah menegah kejuruan mengajarkan hal-hal yang bersifat kejuruan seperti otomotif, computer, pertanian, dan pertukangan. Siswa smk diajarkan agar mereka dapat hidup mandiri dengan ketrampilan yang mereka miliki setelah lulus dari smk, dengan kata lain mereka juga diajarkan kewirausahaan. Setelah mereka lulus dari sma, mereka dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Perguruan tinggi mengajarkan hal yang lebih terperinci. Perguruan tinggi juga memperluas kesempatan kerja untuk siswanya setelah mereka lulus nantinya. Orang yang lulus dari perguruan tinggi dianggap memiliki kasta yang lebih tinggi dari pada lulusan sma atau smk. Di Indonesia,masih banyak warga yang masih menganggap bahwa sekolah tidak perlu tinggi-tinggi, bahkan banyak masyarakat primitive menganggap pendidikan formal tidak perlu, hanya menghabiskan uang saja. Sehingga pemerintah mencanangkan progam wajib belajar 9 tahun, hal itu berarti pamerintah berharap agar anak-anak Indonesia bersekolah sampai sekolah menengah pertama. Progam ini dibantu dengan adanya BOS (Bantuan Operasional sekolah). Dengan adanya bos, diharapkan dapat merinankan beban orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya. Hal ini dimaksudkan agar semua anak Indonesia, tidak tertinggal dengan anak dari bangsa lain. Program pemerintah lainnya adalah program kejar paket. Progam kejar paket adalah progam pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang dewasa yang pada jaman dahulu tidak bersekolah. Hai ini dimaksudkan agar mereka tidak kalah oleh orang lulusan saat ini. Program kejar paket meliputi kejar paket A, B, C. Kejar paket A setara dengan Sekolah dasar. Kejar paket B setara dengan sekolah menengah pertama. Kejar paket C setara dengan Sekolah menengah atas. Lulusan kejar paket C juga dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Sebenarnya ada pendidikan yang diminati oleh orang Indonesia sebelum mereka masuk SD, yaitu play group. Siswa playgroup biasanya anak-anak balita.Di play group, guru menstimulasi otak anak-anak untuk mengenali sesuatu dengan panca indera mereka.
Warga Indonesia perlu mendapat pendidikan formal karena pendidikan akan meningkatkan pengetahuan dan taraf kehidupan mereka.

Pendidikan selain pendidikan formal adalah pendidikan informal. Pendidikan informal tidak mengenal tempat yang tetap untuk belajar. Pendidikan informal biasanya lebih banyak bersifat lisan daripada tertulis. Pendidikan informal dirasa lebih flexible daripada pendidikan formal, karena pendidikan informal dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.Bahkan ketika kita berada di dalam dunia kerjapun kita dapat memperoleh pendidikan informal dari teman kerja dan atasan kita. Pengalaman juga merupakan guru pendidikan informal yang terbaik.

Saat ini pendidikan formal dan pendidikan informal sama pentingnya. Mereka saling melengkapi manusia dalam dunia kerja. Banyak lowongan kerja yang mengharuskan pelamarnya agar memiliki pendidikan formal, misalnya mereka harus lulusan dari suatu universitas. Kadang-kadang mereka juga diharuskan memiliki pengalaman yang cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan informal juga dibutuhkan dalam dunia kerja. Pendidikan juga berpengaruh besar dalam kemajuan bangsanya, dengan kata lain kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi juga kemajuan bangsanya. Negara juga membutuhkan orang-orang pintar untuk membangun banga dengan menjadi pegawai Negara atau yang sering kita sebut sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Indonesia juga melakukan beberapa kerjasama dengan luar negeri dengan mengadakan pertukaran pelajar. Hal ini dimaksudkan agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dengan bangsa lain.

Pendidikan juga dianjurkan oleh agama. Semua agama menjunjung tinggi kehidupan. Hal ini dimaksudkan agar umat beragama tidak bodoh. Dalam kehidupan bermasyarakat, pendidikan juga menentukan prestise. Bila ada seorang warga yang berpendidikan tinggi akan lebih dihormati daripada orang yang berpendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih menjunjung tinggi pendidikan.

Sebelum manusia mengenal pendidikan formalnya, manusia dididik oleh orang tuanya sejak mereka lahir. Mereka diajari mengeja kata dan diajari mengenal lingkungannya. Bagi balita, belajar tidak selamanya sesuatu yang membosankan, mereka dapat belajar sambil bermain. Sehingga tanpa mereka sadari mereka telah belajar ketika mereka bermain seperti permainan bongkar pasang yang menstimulasi otak anak.

Saat ini, banyak sekali pekerjaan yang diminati banyak orang, salah satu contohnya yang paling dimnati saat ini adalah berwiraswasta. Berwirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja. Banyak orang sukses dilahirkan dari mereka yang berwirausaha. Wiraswasta adalah suatu jenis usaha yang bergerak di bidang swasta dan tidak mengikat dengan aturan pemerintah. Contoh wiraswasta adalah pedegang. Wiraswasta juga dapat dikatakan sebagai sector usaha informal. Banyak orang memilih wiraswasta daripada pekerjaan lainnya adalah karena potensi yang bagus. Karena setiap hari, hampir seluruh orang di dunia mengadakan transaksi jual beli atau barters. Berwiraswasta dapat berkembang tanpa batas, tergantung dari pelaku bisnisnya. Lain halnya dengan pekerjaan lain yang sukar berkembang. Orang yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki resiko yang dapat dikendalikan, hamper dapat dikatakan fifty fifty. Namun demikian apabila usaha dikelola dengan baik, maka resiko yang timbul juga akan sedikit. Semakin besar modal yang dikeluarkan, biasanya resikonya semakin besar.

Berwirausaha tidak memerlukan tingkat IQ yang tinggi. Yang dibutuhkan hanyalah kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi. Kecerdasan emosional meliputo softskill yang dapat berupa pengambilan keputusan yang efektif, kepemimpinan,dan semangat yang tinggi (tidak mudah menyerah), serta kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Seorang wiraswasta harus meiliki sikap yang tegas dalam mengambil suatu keputusan, karena hidup adalah suatu pilihan yang berat. Hal ini erarti, mereka tidak boleh takut gagal. Mereka tidak boleh malu untuk bertanya kepada orang lain apabila menemui kesulitan. Apabila ingin sukses, kita harus merendahkan diri untuk belajar pada orang yang telah sukses Kecerdasan spiritual bisa disebut keagamaan. Tanpa doa, apa yang manusia lakukan tidak aka nada artinya. Banyak wiraswastawan yang sukses adalah orang yang biasa saja atau bahkan memiliki IQ di bawah rata-rata. Apa yang menyebabkan mereka sukses? Seseorang yang mau memulai suatu usaha haruslah lahir dari sebuah impian. Hampir semua orang memiliki impian yang berbeda-bedaseuai dengan minatnya masing-masing. Impian adalah suatu motivator terbaik agar wirausahanya sukses. Wiraswasta yang sukses adalah orang yang memiliki impian besar dalam hidupnya. Tanpa impian, manusia tidak akan mempunyai tujuan hidup, dan uang yang mereka cari tidak akan berarti apa-apa. Setelah memiliki impian, tinggallah bagaimana orang mewujudkan mimpinya. Dalam hal ini, kejelian dalam melihat peluang yang ada. Orang dapat memanfaatkan peluang yang ada atau mereka juga dapat menciptakan peluang sendiri. Apabila mereka memanfaatkan peluang yang ada mereka hanya melakukan kreativitas. Orang dapat menciptakan peluang ketika orang mengembangkan hobinya. Hobi dapat menjadi senjata yang ampuh dalam membuka peluang. Terkadang bakat juga mempengaruhi keberhasilan dalam memulai suatu usaha. Bakat biasanya diturunkan dari orang tua. Kemungkinan keberhasilan orang yang memanfaatkan peluang yang ada lebih besar daripada orang yang membuka peluang sendiri. Hal ini karena orang yang membuka peluang sendiri belum tentu sesuai dengan selera pasar yang ada. Lain halnya orang yang memanfaatkan peluang yang sudah memiliki pasar sendiri. Akan tetapi,semua selera pasar dapat kita peroleh apabila kita membuat sesuatu dengan sekreatif mungkin, bahkan dapat dikatakan beda. Keberuntunganlah akhirnya yang menentukan apakah orang tersebut dapat berhasil atau tidak.

Banyak orang yang meragukan bahwa tanpa pendidikan formal orang tidak bisa sukses. Tapi hal ini dibantahkan dengan fakta-fakta orang yang sukses berwirausaha yang tidak bermodalkan pendidikan formal. Mereka hanya mengandalkan pengalaman dan softskill mereka dalam mengahadapi customer. Seorang pengusaha tidak akan berhasil apabila mereka meremehkan customer. Seorang pengusaha yang sukses akan selalu memuaskan kepentingan customer. Mereka juga sangat menghargai waktu. Bagi mereka, waktu adalah uang. Mereka menggunakan waktu mereka sefektif mungkin, medkipun terkadang mereka menggunakan waktu yang agak berlebihan ketika mereka sedang mengadakan penelitian atas bisnis mereka. Pengarang buku ekonomi terkenal, Robert Kyusaki meremehkan arti pendidikan formal dalam meraih kesuksesan finansial. Kesuksesan financial bukan hanya ditentukan oleh seberapa tinggi manusia memiliki gelar kependidikan, melainkan ada beberapa factor penting yang sering terlupakan oleh banyak orang. Di antaranya niat dan ketekunan. Mereka harus tekun membaca buku dan informasi lainny agar memperkecil resiko pada saat mereka memulai usahanya. Ada suatu peribahasa bahwa orang tekun lebih baik daripada orang pintar. Hal itu dapat dilogikakan sebagai berikut: dalam dunia wirausaaha yang sama, orang tekun akan selalu bekerja keras daripada orang pintar. Ada juga yang mengatakan bahwa kecerdasan dan ketekunan masih kalah dengan keberuntungan. Apabila sebuah kepintaran dapat diperoleh dengan ketekukan, dan ketekunan dapat diperoleh dengan niat, namun darimana keberuntungan dapat diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki hoki yang tinggilah yang akan lebih sukses.

06 Agustus 2007

PENDIDIKAN

Praktis sejak tahun 2006 saya tidak lagi menjadi pengajar, ada beberapa sebab yang menjadi alasan tetapi untuk dunia pendidikan saya masih istiqomah ikut terlibat peduli yaitu dengan aktif menjadi komite dimana anak saya sekolah dan tetap aktif pula di yayasan pendidikan walau sebatas pemasok ide atau sparing parter bagi teman-teman.

Selama rehat waktu saya gunakan untuk serius di bidang usaha riil khususnya tebar pesona karena berdiri sudah cukup lama dan hasil kerja keras tersebut berbuah usaha dapat berjalan efektif - lumintu sesuai dengan kondisi yang ada.

Awal Agustus 2007 Momcim Gako sebuah lembaga bahasa yang juga penyalut tki mengundang lewat telpon menawari untuk kembali mengajar para calon tki

Merebut Masa Depan

Masa depan sukses pasti menjadi impian setiap orang, berbagai cara diupayakan untuk mencapainya. Standard tentunya sudah ditentukan lebih a...