Tampilkan postingan dengan label Kewirausahaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kewirausahaan. Tampilkan semua postingan

10 April 2009

Rumah Bayar

Online Payment System atau PPOB atau Paymen Point Online Bank atau Rumah Bayar adalah salah satu alternatif usaha baru di tahun 2009 khususnya di DIY Jawa Tengah karena di propinsi lain usaha seperti ini sudah lama ada.

Rumah Bayar ini adalah sebuah Gerai, Loket, Galeri yang memberikan pelayanan pembayaran secara online seperti Bank , adapun pembayaran yang bisa dilakukan adalah seperti pembayaran tagihan listrik, telepon, kredit dan tagihan- tagihan lainnya tergantung dari pelayanan yang dipilih.

Membuka Rumah Bayar ini tidaklah sulit karena seluruh sistem, peralatan dan perlengkapan pendukung semuanya telah terinci dengan jelas, hanya saja yang perlu dipertimbangkan karena begitu mudahnya usaha ini maka akan banyak yang membuka seperti usaha wartel, warnet dan sejenisnya. Oleh karena itu marketing sangat berperan untuk tetap berlangsungnya usaha ini.


20 Februari 2009

Tips Memulai Bisnis dari Hobi

Hobi adalah cara tepat untuk memulai bisnis. Mengapa? Karena menggabungkan antara kesenangan, minat dan bakat. Dengan begitu, Anda tidak akan merasa terbebani saat bekerja atau membangun bisnis. Seolah-olah Anda melakukannya sambil bermain. Bukan itu saja, jika itu adalah hobi, maka pasti Anda sudah tahu seluk-beluknya bahkan sampai detil. Misalnya saja Anda hobi merawat tanaman. Pasti Anda tahu di mana mendapatkan bibit yang baik, tempat membeli pupuk, media dan bahan penunjang lainnya dengan harga murah dan cara perawatan dan budidaya tanaman. Mungkin juga Anda sudah bergabung dengan komunitas hobiis yang sama. Ini mempermudah Anda memperoleh informasi<http://www.beritane t.com/>dan relasi.


Lalu, bagaimana untuk memulai bisnis dari hobi ini? Sebenarnya hampir sama dengan memulai suatu bisnis baru. Bedanya, Anda sudah punya basis pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang memadai. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan adalah:

1. Tekuni Hobi Anda
'Practice makes perfect' . Jika selama ini Anda melakukan hobi karena untuk mengisi waktu luang atau iseng, mulai kini Anda harus tekun berlatih. Jangan lupa praktik langsung dari semua teori yang sudah Anda pelajari. Dengan terus berlatih, kemampuan Anda akan meningkat dan Anda mampu menghasilkan produk terbaik. Ini tentu akan menaikkan nilai jualnya.


2. Tambah pengetahuan Anda
Tidak cukup jika mengandalkan pengalaman. Anda perlu menambah pengetahuan melalui kursus, seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan hobi. Lewat aktivitas semacam itu, Anda akan memperoleh pengetahuan serta sertifikat yang bisa menaikkan personal branding dan prestise. Ini akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan. Tak ada salahnya membaca buku, majalah, internet atau media lain untuk meningkatkan pengetahuan Anda. Dengan mengikuti milis (mailling list) sesuai hobi, Anda bahkan bisa memperoleh tambahan wawasan. Bisa jadi malah ketemu ahlinya langsung. Tentunya ini sangat bermanfaat.

3. Belajar dari Ahlinya
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Tidak perlu pengalaman itu Anda alami sendiri. Anda bisa menimba pengalaman dari pelaku bisnis yang telah sukses. Misalnya belajar dari pengusaha tanaman hias yang telah sukses. Atau belajar dari dosen peneliti yang mumpuni. Belajar langsung dengan para pakar dan orang yang sukses menjalankan hobi sesuai yang Anda tekuni, akan meningkatkan kemampuan Anda. Ini adalah cara terbaik untuk menghasilkan sebuah produk yang bagus dan kompetitif baik dari segi kualitas maupun harga. Bahkan Anda bisa mengukur kemampuan dan hasil karya Anda.

4. Pasarkan produk Anda
Jika produk Anda sudah siap, segera pasarkan. Untuk tahap awal, bisa ditawarkan ke komunitas yang Anda ikuti. Atau ke lingkungan terdekat seperti tetangga dan saudara. Keuntungannya, Anda bisa meminta masukan tentang produk Anda, dan memperbaikinya sebelum disebarluaskan. Jika respon mereka bagus, Anda bisa mencoba menawarkan ke toko-toko. Hanya saja, beberapa jenis toko hanya mau menerima barang dari suplier tertentu. Atau kalau tidak, mereka memberikan syarat tertentu, semisal jumlah minimal item barang, kontinuitas pasokan, potongan harga, dll. Jika produk Anda unik dan tidak pasaran, lebih baik melakukan pemasaran online. Selain murah, Anda bisa menjangkau konsumen yang tepat.

5. Jangan lupa: Promosi !
Pemasaran yang baik perlu ditunjang dengan promosi yang baik pula. Jangan malas untuk mempromosikan produk Anda. Promosi bisa dilakukan dengan banyak cara. Jika ingin gratis, bisa lewat situs iklan <http://www.beritane t.com/>gratisan. Atau beriklan di milis-milis. Jika ingin promosi secara personal, bisa dengan membagikan sampel kepada calon pembeli kita. Memberi bonus pada jumlah pembelian tertentu juga bagus untuk promosi. Umumnya bila pelanggan puas, mereka akan bercerita kepada orang lain.

Yang perlu dicatat pula, sebelum benar-benar terjun ke bisnis, Anda tetap perlu melakukan riset pasar dan membuat business plan meskipun secara sederhana. Ini untuk menghindari terbuangnya tenaga, waktu dan biaya. Selain itu, Anda jadi tahu dari beberapa hobi yang Anda punya, hobi mana yang bisa dijadikan usaha. Jadi, sudah siapkah hobi Anda dibisniskan?

Selamat Mencoba,

25 Oktober 2008

9 Tipe Kepribadian Enterprenuer



1. The Improver.

Anda memiliki kepribadian ini jika Anda menjalankan bisnis dengan menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki. Anda menggunakan perusahaan Anda untuk memperbaiki dunia. Improver memiliki kemampuan yang kokoh dalam menjalankan bisnis. Mereka juga memiliki intergritas dan etika yang tinggi.

Personality Alert:
Waspadai sifat Anda yang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu kritis terhadap karyawan
dan pelanggan Anda.

Contoh Entrepreneur: Anita Roddick, pendiri The Body Shop.

2. The Advisor.

Tipe kepribadian pebisnis seperti ini bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu pelanggan adalah benar dan kita harus melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.

Personality Alert:
Seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada kebutuhan bisnis mereka dan pelanggan, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan mereka sendiri dan bisa-bisa malah cape hati sendiri.

Contoh Entrepreneur: John W. Nordstrom, pendiri Nordstorm.

3. The Superstar.

Inilah bisnis yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang CEO Superstar. Pebisnis dengan kepribadian seperti ini biasanya membangun bisnis mereka dengan personal brand mereka sendiri.

Personality Alert:
Pebisnis dengan tipe ini bisa menjadi terlalu kompetitif dan workaholics.

Contoh Entrepreneur: Donald Trump, CEO Trump Hotels & Casino Resorts.


4. The Artist.

Kepribadian pebisnis seperti ini biasanya senang menyendiri tapi memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti pada perusahaan agen periklanan, web design, dll.

Personality Alert:
Pebisnis tipe ini bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan Anda, walaupun kritik dari mereka bersifat membangun.

Contoh Entrepreneur: Scott Adams, pendiri dan penggagas Dilbert.

5. The Visionary.

Sebuah bisnis yang dibangun oleh seorang visioner biasanya berdasarkan visi masa depan dan pemikiran pendirinya. Anda memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengerti dunia di sekeliling Anda dan akan membuat rencana untuk menghindari segala macam rintangan.

Personality Alert:
Seorang visioner bisa jadi terlalu fokus pada mimpi mereka dan kurang berpijak pada realitas. Dan jangan lupa, menyertai visi Anda dengan melakukan tindakan nyata.

Contoh Entrepreneur: Bill Gates, pendiri MicroSoft Inc.

6. The Analyst.

Jika Anda menjalankan bisnis sebagai seorang analis, perusahaan Anda biasanya memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam suatu cara sistematis. Seringkali berbasis pada ilmu pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis perusahaan biasanya hebat dalam memecahkan masalah.

Personality Alert:
Hati-hati dengan kelumpuhan analisa. Bekerjalah dengan mempercayai orang lain.

Contoh Entrepreneur: Gordon Moore, pendiri Intel.

7. The Fireball.

Sebuah bisnis yang dimiliki oleh si Bola Api ini biasanya dioperasikan dengan penuh hidup, energi dan optimisme. Pelanggan merasa perusahaan Anda dijalankan dengan tingkah laku yang fun.

Personality Alert:
Anda bisa jadi berkomitmen yang berlebihan terhadap tim Anda dan bertingkah laku terlalu impulsif. Seimbangkan keimpulsivan Anda dengan rencana bisnis.

Contoh Entrepreneur: Malcolm Forbes, penerbit dan pendiri Forbes Magazine.

8. The Hero.

Anda memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin dunia dan bisnis Anda melalui segala macam tantangan. Anda adalah inti dari kewirausahaaan dan bisa mengumpulkan banyak perusahaan besar.

Personality Alert:
Terlalu mengumbar janji dan menggunakan taktik kekuatan penuh untuk mendapatkan sesuatu dengan cara Anda tidak akan berhasil dalam jangka waktu panjang. Untuk menjadi sukses, percayailah keterampilan kepemimpinan Anda untuk menolong orang lain menemukan jalan mereka.

Contoh Entrepreneur: Jack Welch, CEO GE.

9. The Healer.

Jika Anda adalah seorang 'penyembuh', Anda bersifat pengasuh dan penjaga keharmonisan dalam bisnis Anda. Anda memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa dan keteguhan
disertai dengan ketenangan dari dalam.

Personality Alert:
Karena sifat perhatian Anda dan kepenyembuhan Anda dalam menjalankan bisnis, Anda bisa
jadi menghindari realitas di luar sana dan selalu terlalu berharap. Gunakan skenario perencanaan untuk persiapan datangnya masalah.

Contoh Entrepreneur: Ben Cohen, salah satu pendiri Ben & Jerry's Ice Cream.

05 September 2008

Tangga-tangga Kesuksesan Seorang Wirausahawan

ISLAM tidak hanya mengajarkan kepada pemeluknya untuk beribadah semata, tapi juga mengajarkan untuk beramal. Apabila beramal itu, diartikan bekerja, maka hendaknya bekerja yang dilakukan dapat meraih prestasi terbaik. Bukankah, arti kata Islam itu sendiri mengandung tiga makna: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

Berkait dengan yang terakhir itu, K.H. Alie Yafie menjelaskan bahwa untuk meraih kesejahteraan ini, Islam sangat mendorong ummatnya untuk bekerja sebaik-baiknya dengan meraih prestasi. Walau demikian, lebih jauh beliau mengungkapkan, Islam tidak hanya sekedar memerintahkan untuk bekerja tanpa kendali. “Antara iman dan amal (kerja), harus selalu ada interaksi,” ujarnya.

Dalam tulisan yang lalu (baca: Wirausahawan, jadilah seorang achiever!), penulis mengungkapkan bahwa tokoh wirausahawan sukses itu, tidak lain adalah seorang achiever. Bagi seorang achiever ini dalam merangkai dan menggapai derajat kesuksesan dalam berwirausaha, maka ia harus menaiki tangga-tangga kesuksesan berwirausaha.

Menurut Murphy and Peck (1980: 8), ada delapan anak tangga yang harus dilewati dalam mengantarkan seseorang menuju puncak kesuksesan (karir). Delapan anak tangga ini tentu dapat pula kita terapkan bagi seorang wirausahawan dalam menggapai puncak kesuksesan usahanya.

1. Kemauan bekerja keras (Capacity for hard work).

Kerja keras adalah modal dasar untuk keberhasilan seseorang dalam berwirausaha. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang di antara kamu yang melakukan suatu pekerjaan dengan baik (ketekunan).” (HR. Baihaqi).

Rasulullah sendiri sangat marah melihat orang malas lagi suka berpangku tangan. Bahkan, dalam suatu waktu Rasulullah Saw. memberi hadiah kampak dan tali kepada seorang laki-laki, agar mau bekerja keras mencari kayu dan menjualnya ke pasar. Akhirnya, dengan modal kerja keras, laki-laki itu mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Untuk itu, kita disarankan untuk tidak tidur sesudah subuh, cepatlah bangun dan mulailah melakukan kegiatan untuk hari tersebut.

Sikap kerja keras ini harus dimiliki oleh setiap wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disiplin memainkan peranan penting. Karena bagaimana orang mau bekerja keras jika disiplin tidak ada. Untuk itu, setiap wirausahawan adalah sosok yang mampu mengelola dan memanfaatkan waktu secara tepat dan benar.

2. Mampu bekerjasama dengan orang lain (Getting things done with and through people).

Setiap wirausahawan, hendaknya mampu memanfaatkan potensi orang lain yang ada di sekitarnya, dalam upaya mencapai tujuan berwirausaha. Untuk itu, perbanyak teman dengan orang-orang di bawah kita (mungkin sebagai anak buah) atau orang di atas kita (mungkin sebagai majikan). Dan kita juga hendaknya menghindarkan terjadinya permusuhan antara sesama manusia.

Dalam arti lain, dengan menggunakan tenaga orang lain, maka tujuan mudah tercapai. Inilah yang disebut dengan manajemen. Yakni ilmu dan seni dalam menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan yang dinginkan.

Untuk itu, seorang wirausahawan harus mampu dan mudah bergaul, disenangi, tidak suka memfitnah, sok hebat, arogan, menggunting dalam lipatan, dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam lainnya. Tepatnya, ia harus berperilaku menyenangkan bagi semua orang sehingga mudah bekerjasama dalam menggapai kesuksesan.

3. Penampilan yang baik (Good appearance).

Seorang wirausahawan bukan semata-mata berarti penampilan body face (baca: memiliki paras cantik/ganteng). Akan tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur dan disiplin.

Kebanyakan kita, kadangkala tertipu dengan rupa nan cantik/ganteng, tapi nyatanya ia merupakan seorang penipu ulung. Untuk itu, janganlah kita tertipu dengan penampilan fisik semata. Dan bagi seorang wirausahawan yang ingin sukses, maka yang mesti diperhatikan adalah kualitas pribadinya harus lebih baik dari penampilan fisiknya. Bukankah, seorang yang memiliki pribadi yang baik, akan disenangi banyak orang dan dia akan sukses bekerja dengan siapa saja.

4. Keyakinan Diri (Self confidence).

Perilaku hidup seseorang merupakan refleksi dari apa yang ia pikirkan. Kondisi keyakinan diri ini akan mampu menyingkirkan semua kesukaran, berbagai masalah, dan kendala dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, hidup (berwirausaha) harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha, jangan ragu lagi bimbang. Pendeknya, kita harus luruskan niat untuk bekerja dengan baik, sempurnakan ikhtiar dan kemudian berserah diri serta bertawakal kepada Allah SWT.

5. Pandai membuat keputusan (Making sound decision).

Dalam berwirausaha, kita tentu akan dihadapkan pada berbagai alternatif, harus memilih, maka langkah yang dapat anda lakukan adalah membuat pertimbangan yang matang. Caranya, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, lalu segera ambil keputusan dan jangan ragu-ragu berdasarkan pemikiran yang matang dan tepat.

6. Pendidikan (College education).

Salah satu anak tangga yang patut anda gapai untuk menjadi seorang wirausahawan sukses ialah kegemaran anda untuk selalu menambah ilmu pengetahuan (baca: mendidik diri sendiri) yang dapat menunjang kesuksesan usaha yang sedang kita geluti saat ini.

Bagi seorang wirausahawan, perilaku penambahan ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, bila kita ingin tetap eksis dalam berusaha. Berkait dengan ini, Rasulullah Saw. mewajibkan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu, dari ayunan sampai ke liang kubur.

7. Ambisi untuk maju (Ambition drive).

Ambisi yang proporsional merupakan sesuatu sikap positif yang perlu dimiliki bagi para wirausahawan yang ingin sukses. Roh ambisi ini akan melahirkan orang-orang yang gigih dalam mengeluti pekerjaan dan tantangan. Orang yang memiliki ambisi ini, biasanya banyak yang berhasil dalam kehidupannya. Karena pikiran dan tindakannya akan berjuang untuk menggapai apa-apa yang dicita-citakannya tersebut.

8. Pandai berkomunikasi (Ambility to communicate).

Seorang wirausahawan harus selalu membangun kepandaian dalam berkomunikasi. Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasikan buah pikiran ke dalam bentuk ucapan yang jelas, tutur kata yang enak, dan mampu menarik perhatian orang lain.

Kemampuan berkomunikasi seperti itu, tentu akan lebih baik lagi seandainya diikuti dengan perilaku jujur dan konsisten dalam mengembangkan karir usahanya untuk masa depan yang lebih baik.

Akhirnya, semakin kita sering membangun dan berusaha menggapai anak tangga kesuksesan tersebut dalam berwirausaha, maka insya Allah kesuksesan dalam berwirausaha akan mengikuti dengan sendirinya. Waallahu’alam.***

Posted By Arda Dinata to MIQRA INDONESIA at 8/18/2008 01:24:00 PM

18 Agustus 2008

Kreativitas, Kunci Mengatasi Stagnasi Bisnis

Pakar Mathematical Financial Planning, Steve Asikin, PhD., mengungkapkan bahwa orang yang punya sikap baik, punya ketrampilan baik, dan pengetahuan baik, diharapkan akan berprestasi baik. Cuma masalahnya, ada orang tertentu yang punya ketekunan di detil. Ada orang tertentu yang tidak detil, tetapi punya kreativitas tinggi. Ada orang tertentu yang bisa memutuskan dan berpikir secara baik. Karena itu ternyata harus dilakukan pemahaman terhadap bakat orang secara keseluruhan.

Berkait dengan itu, ternyata dalam dunia bisnis dan berwirausaha pun, keberadaan unsur kreativitas ini memiliki peranan yang sangat penting. Sehingga ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa kreativitas memang menjadi keharusan untuk mengatasi stagnasi bisnis/usaha di tanah air. Hal ini didasarkan atas kondisi keuangan, politik, mengecilnya investasi, ketidak stabilan ekonomi, dll., sehingga memaksa para pembisnis untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan bisnisnya.

Beberapa sosok manusia kreatif berikut ini, bisa kita contoh perjalanan hidupnya dalam mengembangkan bisnisnya antara lain: Bob Sadino yang terkenal itu; Purdie E Candra dengan Primagama-nya; Sukyatno Nugroho dengan Es Teler 77; Sosrodjojo dengan Teh Botol Sosro-nya; almarhum Tirto Utomo dengan aqua-nya; atau Haji Masfuk sebagai Bupati Lamongan, Jawa Timur, dengan usaha membangun jiwa entrepreneur pada dinas-dinas di bawah pemerintahannya.

Yang menarik kalau kita cermati lebih jauh, misalnya dari sosok Haji Masfuk ini, dalam sejarah perjalanan waktunya sebelum menjadi seorang bupati, ternyata beliau sudah mencoba menjadi seorang wirausaha. Uniknya, modal awalnya bukan uang, namun tekad dan kreativitas. Dengan berbekal Rp 15 ribu (lima belas ribu rupiah), Masfuk menuju Jepara. Singkat cerita, melalui ‘lobby’ tingkat tinggi, seorang pengusaha Jepara memperbolehkan Masfuk membawa berbagai aksesoris perhiasan. Hal ini, ia jadikan sebagai modal awal berjualan.

Singkat cerita, dengan tekad dan niat tersebut, melalui gerai sederhana di swalayan Sinar, Surabaya, akhirnya menghantarkannya pada tonggak keberhasilan. Sepuluh tahun kemudian (2002), modal Rp 15 ribu berkembang menjadi Rp 15 milyar. Realitasnya, didukung dari berawal berupa perusahaan-perusahaan kecil, sekarang telah memiliki lima perusahaan besar dengan aneka bidang usaha.

Manusia Kreatif

Untuk mewujudkan atau membangun kreativitas dalam jiwa seseorang, tentu dibutuhkan suatu inovasi atau perubahan yang panjang. Menurut Arvan Pradiansyah (2002), segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat diubah, kecuali tiga hal. Pertama, adalah perubahan itu sendiri. Kedua, hukum alam. Dan ketiga, adalah kenyataan bahwa manusia itu memiliki pilihan dalam kondisi sesulit apapun.

Pada tataran ini, sehingga proses inovasi kreativitas akan bersentuhan dan dibangun pada dasar maupun ruang yang berkait dengan pemikiran, praktik, inkubasi, evaluasi dan implementasinya dari proses inovasi kreativitas itu sendiri.

Melalui proses inovasi semacam itulah, selanjutnya akan terlahir sosok manusia yang kreatif. Ada beberapa ciri yang dapat memposisikan seseorang itu termasuk dalam golongan manusia kreatif. Ciri-ciri yang menyelimutinya, antara lain adalah ia pintar, tapi tidak harus jenius dan memiliki kemampuan baik/maksimal dalam menjalankan ide-idenya.

Selain itu, ia juga memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri, peka terhadap orang lain dan lingkungan di sekitarnya, memiliki inspirasi dan motivasi dari masalah-masalah nyata yang dilihatnya, menghargai kebebasan dan perbedaan pendapat, cenderung kaya akan fantasi dalam hidupnya, orang kreatif ini bersikap fleksibel dan biasanya lebih memberikan arti dari sebuah masalah.

Mengembangkan Kreativitas

Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh kita dalam usaha mengembangkan kreativitas ini, yaitu setiap kita harus dapat belajar mengenal hubungan kausalitas yang terjadi di sekitar kita. Selain itu, kita juga perlu mengembangkan hubungan fungsional secara benar dengan diimbangi melalui maksimalisasi dalam mengembangkan potensi akal. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita harus yakin bahwa setiap orang mampu berbuat kreatif. Karena tiap orang itu memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Keberadaan pola-pola tersebut dalam mengembangkan kreativitas itu, sebenarnya akan beriringan dengan pola berpikir lateral. Menurut Edwar de Bono, berpikir lateral akan mengajarkan manusia untuk mencari terobosan cara berpikir guna mendobrak sistem berpikir vertikal (baca: kaidah baku tradisional-pen). Selain itu, berpikir model ini merupakan proses penggunaan informasi untuk menumbuhkan kreativitas dan membangun kembali pemahaman.

Dua kekuatan berupa kreativitas dan berpikir lateral ini, tentu memiliki posisi strategis dalam pengembangan setiap usaha yang kita bangun. Karena kalau bisnis dan usaha kita ingin tetap bertahan (baca: “langgeng”) dalam persaingan yang sehat, maka syaratnya tidak lain adalah harus memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Dalam hal ini, bukankah dalam ajaran Islam kita disuruh dalam menyampaikan sesuatu hal itu, hendaknya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kaumnya. Artinya dengan kreativitas dalam berbisnis dan berusaha, maka tujuan kita tersebut akan mudah sampai kepada kalayak sasaran (baca: segmen pasar kita).

Lebih dari itu, kita harus sadar betul bahwa entrepreneur sejati adalah tidak akan memposisikan berapa besarnya uang sebagai modal usaha. Tapi, kreativitaslah di atas modal uang itu.

Waallahu’alam.***

Oleh: ARDA DINATA

16 Agustus 2008

Berprestasi Melalui Tulisan

DUNIA tulis menulis tidak hanya milik kaum wartawan. Siapa pun, kalau mau berlatih, bisa juga jadi penulis. Masalahnya, kadang-kadang kita tidak menyadari potensi yang dimiliki. Melalui tulisan ini, penulis mencoba berbagi pengalaman dalam bidang tulis menulis .
Tujuan utama dalam tulis menulis, adalah dimengertinya setiap kalimat yang kita susun bagi para pembaca. Kalimatnya tepat, jelas, dan tidak membingungkan pembaca. Selain itu, tulis menulis bermaksud untuk mengungkapkan fakta, data, perasaan, sikap, isi hati dan pikiran secara efekif kepada pembaca.
Bagi calon penulis, setidaknya ada tiga tahap yang harus dilalui. Yakni teknik penulisan, muatan atau isi, dan kontinuitas menulis. Barangkali pembaca telah menguasai teknik penulisan dan isinya, tetapi malas untuk menulis secara kontinyu. Tentu hasilnya akan tersendat-sendat dikala menuangkan ide ke dalam tulisan. Atau pembaca telah memiliki simpanan data, fakta dan ilmu pengetahuan sebagai calon isi tulisan. Tetapi, belum mengetahui teknik penulisan dan tidak secara kontinyu menulis, maka dapat dipastikan lebih sering menghadapi kegagalan. Sebaliknya, teknik dan kontinyuitas telah pembaca miliki, tetapi tidak pernah berusaha menambah wawasan dan isi tulisan tersebut. Sehingga tulisan terasa kering, tidak berkembang dan membosankan.

Berdasarkan pengalaman, tidak terlalu banyak syarat sebenarnya untuk memulai menulis. Awalanya, kita harus selalu mencoba menulis, menulis, dan menulis apa saja yang ada dalam pikiran serta banyak membaca. Kemudian hasil dari tulisan itu, kita kirim ke surat kabar tertentu. Tapi, tentunya sebelum tulisan tersebut kita kirimkan, terlebih dahulu kita perlu membaca ulang dan merevisinya beberapa kali. Barangkali, ada kata-kata yang kurang tepat atau rancu. Di sini yang perlu diperhatikan juga adalah masalah ‘selera’ redaksi surat kabar tersebut.

Bagi seorang penulis, buku, membaca dan menulis adalah sebagian dari hidupnya. Penulis tanpa buku, akan menghasilkan tulisan yang hambar dan tidak berbobot. Sehingga ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “Berbobot atau tidaknya sebuah tulisan, adalah karena ditunjang oleh banyaknya buku yang pernah dibaca penulisnya.

”Dari aktivitas menulis tersebut, selain kita telah berdakwah lewat tulisan. Kita juga akan mendapatkan imbalan materi. Besarnya honorarium tergantung kebijaksanan redaksi surat kabar yang bersangkutan, berkisar antara Rp. 10.000 sampai 200.000 rupiah per tulisan (puisi, cerpen, artikel, resensi buku, dll), bahkan lebih. Cukup lumayan bukan?

Bayangkan kalau pembaca mampu menulis secara produktif. Misalnya, tiap hari mampu menulis satu tulisan, maka dalam satu minggu terkumpul tujuh buah tulisan. Lalu tulisan itu, kita kirimkan ke tujuh surat kabar dan ternyata dimuat, maka berapa pendapatan yang pembaca terima? Sungguh luar biasa … bukan! Ini idealnya dan kenyataannya tergantung dari aktivitas dan kreatifitas diri kita sendiri.

Menurut The Liang Gie (1983), ada enam jenis nilai yang akan dilahirkan dalam tulis menulis, yaitu:
  1. Nilai kecerdasan (Intellectual value). Dengan sering menulis yang antara lain berupa menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis serta menimbang-nimbang sesuatu perkataan yang tepat. Maka seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya, kemampuan hayalnya sampai tingkat kecerdasannya.


  2. Nilai pendidikan (Educational value). Seseorang pemula yang terus menulis, walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau berkali-kali ditolak. Sesungguhnya itu melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun, sehingga akhirnya pada suatu hari mencapai keberhasilan. Setelah menjadi penulis yang berhasil, bilamana ia terus menghasilkan karya tulis, ini berarti ia dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasa berusaha memajukan diri. Itu semua merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh dari sekolah manapun.


  3. Nilai kejiwaan (Psychological value). Bilamana karena keuletan terus menerus menulis dan akhirnya tulisannya dapat dimuat dalam surat kabar terkenal atau diterbitkan sebagai buku oleh penerbit terkenal. Sehingga, lahirlah pada diri penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri.


  4. Nilai kemasyarakatan (Social value). Seseorang penulis yang telah berhasil dengan karya-karya tulisannya, biasanya akan memperoleh penghargaan di masyarakat. Paling tidak, namanya dikenal oleh para penerbit, pengusaha toko buku dan sidang pembaca tertentu.


  5. Nilai keuangan (Financial value). Tentu saja, jerih payah dari seorang penulis yang berhasil akan menerima imbalan uang dari pihak yang menerbitkan karyanya, seperti yang penulis gambarkan di awal tulisan ini.


  6. Nilai filsafat (Philosophical value). Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak dulu ialah keabadian. Jasad orang-orang arif tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka kekal diabadikan melalui karangn yang ditulis. Sampai hari ini, manusia modern mengetahui kearifan Plato melalui naskah percakapannya; kita mengetahui luasnya pemikiran Imam Al-Ghazali melalui karya-karya tulisnya; dll. Dunia Timur menyadari nilai ini dengan pepatahnya, “Segala sesuatu musnah, kecuali perkataan yang tertulis.”

Waallahu’alam

Posted By ARDA at 7/24/2008 11:25:00 PM



Mau Punya Bakat Bisnis ?

Ada pembaca mengeluh, ia merasa tidak bisa berbisnis karena tak punya bakat. Menurutnya, tak satu pun dari orang tua, kakek nenek atau buyutnya yang jadi pebisnis, asli karyawan semua. Apakah karena keturunan karyawan, bisa dipastikan kita jadi karyawan seumur hidup ? Benarkah kita perlu bakat untuk bisa berbisnis?

Sebenarnya istilah "bakat" itu lebih bisa diartikan sebagai lingkungan daripada genetika atau keturunan pebisnis. Kenyataannya, lingkungan memang punya kekuatan yang sangat besar dalam membentuk karakter atau kemampuan seseorang. Bukan gara-gara orangtua berstatus karyawan maka sekarang pun anda jadi karyawan. Tapi lebih karena lingkungan yang mengkondisikan anda menjadi karyawan sejak kecil.


Kalau hanya mengandalkan bakat atau keturunan, mestinya kita tidak mengenal nama-nama seperti Bob Sadino, Martha Tilaar, Kolonel Sanders (KFC) dll


Jika sekarang anda merasa tak punya bakat bisnis, itu karena anda memang belum pernah bersentuhan dengan lingkungan bisnis. Jangankan mencoba berbisnis, mendengar kata "bisnis" saja serasa alergi :) Kadang alasan ini juga sering dipakai untuk berkelit menolak tawaran bisnis yang datang. Anda lebih suka bilang "saya nggak punya bakat bisnis" daripada "saya nggak ngerti sama sekali soal bisnis".


Mulai gali potensi diri anda semaksimal mungkin. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang bisnis dari orang-orang yang terbukti sukses. Perluaslah jejaring dengan bergabung dalam komunitas bisnis yang penuh semangat dan pikiran positif untuk berbisnis. Dan, yang paling penting, mulailah sekarang juga!!


Rekans, Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat yaa..


dari : malwa

23 Juli 2008 5:47:52

29 Juni 2008

Penguasaan Pasar dan Kemampuan Bisnis

Ingin membuka usaha toko kue tidak bisa memasak kue? Atau ingin membuka usaha butik tapi tidak bisa menjahit? Tidak masalah. Karena menguasai proses produksi sebuah usaha tidak mutlak diperlukan untuk memulai sebuah usaha. Sebuah toko kue yang tidak memproduksi sendiri bisa saja membeli atau memesan dari pihak lain. Begitu juga dengan toko butik.

Sekecil apapun usaha yang akan dimulai, beberapa hal sangat penting untuk dimiliki. Kemampuan membaca selera pasar serta pilihan target pasar yang tepat misalnya. Sehubungan dengan ini pemilihan tempat usaha tentu juga sangat menentukan keberhasilan.
Selanjutnya, usaha harus didukung dengan promosi yang baik. Untuk tahap awal, promosi bisa dilakukan melalui kenalan atau relasi. Semakin banyak relasi, kesempatan promosi tentunya terbuka lebih luas. Ditambah dengan tata tertib administrasi usaha merupakan langkah awal yang baik dalam menjalankan bisnis.


Namun tak ada salahnya menambah keahlian sehubungan produksi bidang usaha yang akan digeluti. Dengan seseorang memiliki keahlian menjahit misalnya, akan dapat membangkitkan kreatifitas dalam memilih gaya dan ciri khas dari busana yang dijual. Gaya dan ciri khas tersebut bisa memberikan nilai lebih dibandingkan usaha sejenis.

Jika memungkinkan, rencanakan untuk selalu berusaha meningkatkan keahlian yang dapat menunjang bisnis. Kursus manajemen kewirausahaan, kursus pembukuan dan lain-lain patut dipikirkan bagi yang belum banyak memiliki pengetahuan di bidang ini. Memang sebagai pemilik sekaligus pimpinan usaha, seseorang tidak harus menjalankan segala sesuatu sendirian. Namun dengan memiliki pengetahuan secara umum akan membuat seseorang jauh lebih percaya diri dalam menjalankan usaha

Persiapkan Bisnis dengan Matang

Tak semua orang yang memberanikan diri memulai bisnis berakhir menuai sukses. Diantaranya harus menerima kenyataan gagal, menutup atau beralih ke usaha lainnya. Sangat disayangkan sekali. Agar tak salah melangkah, ada baiknya bagi Anda yang ingin memulai bisnis, terlebih dahulu memahami konsep produk dan atau jasa yang akan dijalankan dengan baik. Pemahaman yang diperlukan tak hanya secara teknis produksi melainkan juga pasar dan prospek mulai dari lingkungan yang terkecil kepada lingkungan yang terbesar.

Membuat visi dan misi sehubungan usaha yang akan dirintis perlu ditetapkan sebagai panduan dalam berusaha. Tak jarang terjadi suatu usaha pada saat mulai berkembang pada tahap berikutnya mengalami kegagalan karena organisasi tersebut tidak memfokuskan diri kepada peningkatan kemajuan bisnis awal tetapi terlalu banyak mencoba mengembangkan bidang usaha lain yang baru.


Selain pemahaman terhadap usaha yang akan dijalani, kiat sukses lain dalam memulai sebuah usaha berikut adalah memiliki sikap mental positif. Satu tantangan yang dimiliki untuk menjadi wirausahawan sukses setidaknya adalah sabar, tidak pantang menyerah, terus belajar serta melihat permasalahan secara positif.

Secara statistik kebanyakan kegagalan disebabkan karena tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan dibuat. Asumsi-asumsi seperti kapasitas produksi, tingkat utilisasi produksi, proyeksi kenaikan harga dan biaya dan aspek lainnya dalam perencanaan bisnis hendaklah digambarkan secara akurat

Hal penting lainnya, setiap usaha dari yang paling kecil sekalipun membutuhkan manajemen yang baik untuk usaha berlangsung dengan baik. Sistem manajemen yang buruk akan mengakibatkan adanya biaya yang tidak perlu terbuang percuma.

Sumber daya manusia merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha yang sangat penting. Merekrut pegawai yang tepat dan berpotensi sangat baik dapat
menutup kelemahan manajemen, organisasi dan sistim dalam jangka pendek. Dengan SDM yang tepat maka kita sudah setengah jalan untuk menjadi sukses.

Dan jangan heran jika dalam memulai usaha calon entrepreneur akan mengalami banyak permasalahan dan krisis. Banyak kegagalan terjadi karena kurangnya kreativitas,kepemimpinan dan pembuatan keputusan yang tepat untuk mencari solusi yang baik.Kreativitas akan sangat membantu untuk menyesuaikan produk-produk agar dapat diterima oleh pasar dan juga melihat berbagai peluang dalam membangun usaha anda.

Pengetahuan dasar atas pengelolaan keuangan dan pembiayaan juga sangat penting dipersiapkan untuk mengembangkan usaha. Seringkali produksi terganggu karena pengelolaan keuangan yang tidak baik seperti kekurangan dana untuk pembelian bahan baku, alat-alat produksi dan lainnya.

Pemasaran sebagai ujung tombak keberhasilan penjualan produk atau jasa. Sebaikapapun produk atau jasa tanpa pemasaran yang baik maka akan sangat sukar untuk meningkat penjualan dan keuntungan usaha. Diantara yang harus dipikirkan adalah mempersiapkan pelayanan bagi pelanggan.

Kualitas Dulu, Baru Untung

Mendefinisikan tujuan pendirian usaha sebelum memulai bisnis merupakan salah satu kunci kesuksesan pebisnis. Dan tak dapat dipungkiri, setiap orang pasti ingin meraih untung dari bisnis yang akan dijalankan. Uang dalam nominalnya kerap jadi ukuran keberhasilan sebuah usaha. Berapa omsetnya sekarang? Atau, berapa laba per bulan? Sering jadi pertanyaan yang dilontarkan bagi sebuah usaha.

Tapi bagi Anda yang ingin memulai bisnis, apakah uang atau keuntungan merupakan satu-satunya tujuan Anda? Jika ia, sebaiknya berhati-hati dengan tujuan tersebut. Memfokuskan diri pada tujuan keuntungan tak ada salahnya. Namun jangan lalai, untuk tujuan tersebut sebaiknya definisikan beberapa tujuan kecil sebagai penjembatan agar dapat mencapai tujuan tersebut.
Sebagai contoh, usaha Anda bergerak di bidang makanan yang notabene berhubungan dengan pemuasan citarasa bagi para pelanggan. Sebaiknya tujuan pertama Anda adalah memberikan citarasa dan pelayanan yang baik bagi pelanggan. Dengan harapan, pelanggan yang puas akan kembali lagi bersama teman dan atau keluarga serta memberikan informasi tentang usaha Anda kepada orang lain.


Atau usaha Anda di bidang budidaya agribisnis? Anda sebaiknya memfokuskan diri untuk berusaha semaksimal mungkin agar dapat berproduksi dengan mutu dan kuantitas yang baik, sehingga dapat memenuhi pasokan. Dengan kualitas dan juga kuantitas produk yang baik akan mempermudah penjualan produk Anda.

Sebagai bukti keseriusan, pemula bisnis perlu mengawasi bisnis secara intensif pada masa awal bisnis dibuka. Selain juga memiliki ide kongkret untuk mempertahankan keuntungan perusahaan selama beberapa tahun mendatang. Rencana yang jelas dan disertai riset pasar yang memadai setidaknya dapat meminimalisir kegagalan dan kerugian finansial.

Usaha akan tumbuh jika Anda secara konstan melakukan penemuan-penemuan baru, memperbaiki, dan mengembangkan produk serta pelayanannya. Maka tak ada ruginya jika pebisnis aktif mengikuti seminar atau pelatihan untuk meningkatkan pendapatannya.

Pada intinya, apapun usaha yang dijalani, mulailah bekerja dengan sebaik-baiknya. Bersungguh-sungguh agar pelanggan merasa puas dengan produk dan atau jasa yang dihasilkan. Jika tujuan ini tercapai, yakinlah bahwa pengisi pundi-pundi akan mengalir dengan sendirinya. Tapi sebaliknya, tujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa diiringi tujuan pengiring tadi bisa menyebabkan tujuan utama Anda sia-sia.

Langkah Pasti Memulai Bisnis

Banyak orang yang ingin berbisnis, namun ketika serius berpikir tentang keinginan tersebut ia kembali mengurungkan niatnya. Pasalnya sering muncul kebingungan di benak mereka. Misalnya, bingung akan menjalankan usaha apa, atau bingung akan memulai bisnis dari mana. Ahmad Khoerussalim Ikhs, pendidik sekaligus praktisi di bidang kewirausahaan menyebut kebiasaan banyak orang tersebut sebagai blocking mental. Artinya, seseorang mengalami ketakutan untuk memulai, khawatir untuk memulai, serta sulit untuk memulai. Menurut Salim, kondisi tersebut bisa terjadi karena seseorang tidak bisa menerima challenge.


Lantas apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan memulai bisnis seperti kasus di atas? Jika Anda salah seorang yang menjalani pengalaman serupa, semoga resep Salim berikut bisa membantu.

Sebagai sebuah kebiasaan buruk, blocking mental menurut Salim perlu disingkirkan. Caranya tak lain adalah dengan mengubah minset yang selama ini tercipta di kepala. “Jangan berpikir bergantung pada orang lain. Tapi berpikir lah bagaimana mengusahakan sesuatu yang bisa membantu orang lain,” ujar Salim.

Kebingungan sebelum memulai usaha menurutnya biasa muncul karena seseorang tidak memiliki wawasan yang terbuka tentang berbagai hal di dunia bisnis. Untuk itu, ada baiknya bagi mereka yang ingin berbisnis lebih mengembangkan pengetahuan di berbagai bidang. Jadi jangan harap seseorang yang malas untuk menggali informasi dan pengetahuan di berbagai bidang di dunia bisnis bisa dengan cepat melangkahkan kaki memulai bisnis. Karena itu, perluaslah cakrawala pengetahuan Anda sebelum memulai bisnis.

Satu lagi pesan bagi yang akan memulai bisnis. Berbisnis janganlah bertujuan mencari pendapatan tetap. Melainkan, buatlah tujuan tetap berpendapatan. Pengaruhnya akan cukup besar. Tidak percaya? “Seorang karyawan atau pekerja memang bisa memperoleh pendapatan rutin setiap bulannya. Tapi bagi pengusaha, bisa berpeluang lebih dari itu. Seorang pengusaha bisa tetap berpendapatan setiap hari,” kata Salim menutup percakapan.

Modalnya Bukan Hanya Duit

Tak punya banyak uang tapi ingin berwirausaha, apa bisa? Tapi buktinya memang ada saja pengusaha sukses tanpa mengandalkan modal (dalam arti dana,- Red) besar di awal bisnisnya ternyata meraih sukses. Bahkan sebagiannya lagi dengan dana nol, memberanikan diri untuk mulai berwirausaha.

Kondisi tersebut agaknya bisa sejalan jargon yang sering dibunyikan para pakar dan konsultan kewirausahaan, “Tidak punya uang, mari berwirausaha”. Maksudnya kurang lebih, berwirausaha dapat diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan, asalkan pebisnis memiliki modal kuat untuk berbisnis. Sementara uang bukanlah satu-satunya penentu bisa tidaknya sebuah bisnis dimulai.


Jangan lupa, modal tidak selalu identik dengan kepemilikan dana segar, melainkan juga bagaimana caranya memanfaatkan peluang serta waktu yang ada. Ketika ide hadir, apakah bisa dengan cepat direalisasikan. Apakah sudah siap dengan sikap mental positif dalam berbisnis? Masih banyak modal selain uang yang menentukan langkah seseorang dalam memulai bisnis.
Namun sungguh sayang, banyak langkah untuk memulai bisnis terhenti hanya karena alasan tidak memiliki modal uang. Sementara factor lain yang tak kalah penting sering terabaikan.
Lebih dari hanya sekedar kebutuhan uang, dunia kewirausahaan penuh dengan ketidakpastian. Sementara informasi yang dimiliki oleh yang akan memulai usaha sedikit. Oleh karenanya, seorang calon pebisnis dituntut untuk memiliki sikap berani bertindak, mengambil risiko.

Sikap Mental Positif
Dalam sebuah modul pendidikan kewirausahaan yang disusun oleh Avin Fadilla Helmi & Rista Bentara Megasari, terdapat beberapa aspek kepribadian dan motif yang berpengaruh dalam memanfaatkan peluang.

Ektraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang bernilai kepada calon pelanggan, karyawan, dan sebagainya. Sikap ini membantu entrepreneur untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak menentu.

Agreebleeness (Kesepahaman), terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain.

Selanjutnya, pengambilan risiko, berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan berisiko. Beberapa risiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli.

Sementara, hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri, yaitu kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan untuk independen.
Keinginan untuk berprestasi memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung jawab. Kebutuhan berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap masalah khusus. Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar.

Ciri selanjutnya dari adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuan dalam membawa ide ke implementasi di masyarakat. Dengan demikian, kebutuhan berprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur dalam menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya, membantu dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan informasi. Selain itu, kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan segera ketika menghadapi tantangan.

Jadi uang bukanlah segalanya dalam memulai usaha. Untuk memulai sebuah bisnis, modal sikap mental positif tak kalah pentingnya dibandingkan modal uang. Bagaimana, Anda siap berbisnis?

Rambu-rambu Memulai Bisnis

Banyak hal harus diketahui dan dipersiapkan pebisnis sebelum melangkah memulai bisnis. Tujuannya tidak lain adalah untuk meminimalisir risiko kerugian pada usaha yang akan dijalankan. The My Own Business, Inc, sebuah organisasi non profit di bidang pendidikan kewirausahaan berbasis di Los Angeles, pada website-nya memberikan 10 hal yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang calon pebisnis dalam memulai bisnis. Berikut uraiannya.


10 hal terpenting yang dilakukan ketika memulai sebuah bisnis:

  1. Hidup sederhana dan simpan sebagian uang untuk usaha
  2. Pelajari bisnis yang diinginkan dengan cara bekerja untuk orang lain dalam bisnis sejenis.
  3. Pertimbangkan keuntungan dari memulai bisnis sambilan.
  4. Pertimbangkan keuntungan-keuntungan mengoperasikan bisnis keluarga.
  5. Mengukur secara objektif keahlian calon pebisnis dan latihan persaingan lawan potensial.
  6. Memikirkan kontak tambahan untuk membuat biaya supplier yang rendah jika bisnis yang akan dijalankan adalah memproduksi sebuah produk.
  7. Adakan tes pasar terhadap produk atau jasa sebelum dimulai atau diperluas.
  8. Membuat daftar "for" dan "against" yang menjelaskan secara spesifik bisnis yang dipertimbangkan.
  9. Bertemu dengan banyak orang dalam bisnis yang dikehendaki untuk mendapatkan masukan/nasehat
  10. Membuat analisis komparatif dari semua peluang yang dipertimbangkan

10 hal terpenting yang dilarang dilakukan ketika memulai bisnis:

  1. Berpikir meninggalkan pekerjaan sebelum menyelesaikan memulai rencana-rencana bisnis..
  2. Berpikir memulai sebuah bisnis dalam lingkungan yang tidak disukai.
  3. Tanggungan semua aset-aset keluarga. Batasi kewajiban untuk mengantisipasi jumlah tertentu.
  4. Bersaing dengan karyawan dalam bisnis sambilan yang dijalankan
  5. Tergesa-gesa dalam memulai bisnis. Di sini tidak ada pinalti untuk ketinggalan oleh bisnis.
  6. Memilih bisnis yang sangat berisiko tinggi. Berjalan dengan hambatan di dua kaki
  7. Memilih bisnis dimana harus memiliki harga terendah untuk sukses.
  8. Mengabaikan aspek-aspek negatif pada bisnis yang dikehendaki.
  9. Memberi ijin pada kepercayaan diri untuk memikul beban lebih berat dari kehati-hatian
  10. Sangat menyanjung konseptual/teori sehingga mencegah kenyataan untuk menguji kebenarannya untuk pertama kali.

Berbagai Pilihan Jenis Perusahaan

Memulai bisnis sendiri tentunya pebisnis bebas menentukan pengelolaan bisnis dan juga luasnya cakupan usaha. Begitu juga dalam memilih jenis atau status usaha untuk bisnis yang akan dijalankan. Bisnis yang dibangun tergolong kepada Badan Usaha Milik Swasta, sehingga pebisnis bisa memilih memulai dari status perusahaan perorangan, perusahaan persekutuan (CV dan Firma) atau PT (Perseroan Terbatas). Terdapat kelebihan dan kelemahan dari setiap jenis perusahaan tersebut. Apa saja?
Kebanyakan pebisnis di skala kecil tentunya memulai usaha dari nol dengan status perusahaan perorangan. Kondisi ini memungkinkan usaha benar-benar dikelola sendiri oleh pemilik, dalam arti hak dan tanggung jawab yang penuh atas usaha yang dijalankan. Maka tak heran jika dalam perjalanan pebisnis sulit membedakan antara aset usaha dan aset pribadi. Untuk menjalankan perusahaan perorangan ini tentunya modal bersumber dari pemilik sendiri, untuk pendapatan bisnis yang juga akan dinikmati sendiri. Keuntungannya bisnis yang dimulai dengan status ini diantaranya adalah lebih simpel karena tidak membutuhkan pengurusan ijin usaha dan juga tidak berbadan hukum.


Jika pebisnis memiliki teman atau kerabat dan kemudian patungan dalam membangun sebuah bisnis, perusahaan yang dibentuk berarti bukan lagi sebagai perusahaan perorangan, melainkan perusahaan persekutuan. Untuk ini modal (uang) dan juga ide tentunya datang dari semua pihak yang sudah sepakat memulai bisnis secara bersama. Ada dua jenis perusahaan bisa dipilih melalui jalan ini, yaitu CV dan Firma.

Berbeda dengan CV, pemodal yang terlibat pada firma harus menyerahkan kekayaan sesuai yang tertera di akta pendirian, konsekuensi yang serupa dengan perusahaan perorangan. Sedangkan jika pada CV pemodal bisa menjadi sekutu aktif atau pasif, pada firma hanya ada sekutu aktif. Sekutu aktif bertanggungjawab memberikan modal dan tenaganya untuk kelangsungan perusahaan, sementara sekutu pasif hanya menyetorkan modal saja. Pembagian keuntungan sekutu pasif dan aktif berbeda sesuai kesepakatan.

Jenis perusahaan CV dan Firma juga tidak perlu berbadan hukum. Hanya saja bila firma didirikan secara resmi maka perusahaan terlebih dahulu harus didaftarkan ke Berita Negara Republik Indonesia (BNRI). Sementara perusahaan berbentuk CV harus menggunakan akta pendirian serta harus didaftarkan melalui Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat sesuai dengan kedudukan/domisili perusahaan.

Jika ingin memiliki perusahaan yang berbadan hukum, pilihannya adalah jenis perusahaan Perseroan Terbatas (PT). Sesuai dengan statusnya, perusahaan jenis ini tentu saja lebih rumit dalam pendiriannya. Salah satunya akta pendirian atau perubahan PT harus di laporkan dan atau mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum & HAM RI. Menjalankan PT berarti memiliki modal yang terdiri dari saham-saham, dimana pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Modal PT disebutkan dengan jelas dalam akta pendirian atau perubahannya, termasuk pemilik sahamnya. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Dibandingkan dengan perusahaan perorangan tentu saja harus diakui bahwa dengan membentuk perusahaan persekutuan atau PT, ide-ide baru akan lebih banyak mengalir, serta tanggung jawab juga bisa terbagi. Dengan konsekuensi keputusan bisnis merupakan kesepakatan bersama dan keuntungan bisnis juga dibagi sesuai kesepakatan.

Namun jika usaha pebisnis sudah mulai berkembang, biasanya status usaha perusahaan perorangan secara sendirinya akan perlu ditingkatkan ke jenjang lebih tinggi seperti CV atau PT. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk beberapa kepentingan. Misalnya bagi perusahaan yang berhubungan dengan proses tender yang sering disyaratkan dengan status minimal perusahaan persekutuan. Diantara pertimbangannya adalah perusahaan yang dikelola lebih dari satu orang dipandang lebih profesional dalam menjalankan operasional.

Dahului Bisnis dengan Studi Kelayakan

Tak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan daya intuisi untuk memulai sebuah bisnis. Lebih dari itu seorang calon pebisnis kini kian dituntut untuk melakukan studi kelayakan pada bisnis yang ingin dijalankan. Bukan hanya sekedar untuk kepentingan menilai kelayakan usaha yang akan dibangun, studi kelayakan saat ini sudah menjadi keharusan bagi calon pebisnis untuk kepentingan memulai bisnis.
Seperti diuraikan oleh Ahmad Subagyo, seorang bankir dan penulis buku studi kelayakan usaha pada website-nya yang bernama www.studikelayakan.com. “Awalnya studi kelayakan (SK) diperlukan hanya untuk menilai kelayakan usaha skala menengah dan besar, namun dekade ini studi kelayakan juga menjadi pra syarat kelengkapan kredit calon debitur baik usaha besar, menengah maupun kecil. Selain itu calon investor dalam menilai kelayakan bisnis yang akan didanainya selalu mensyaratkan adanya SK demikian juga pemerintah dalam pemberian ijin operasional juga mensyaratkan laporan SK,” urainya.


Lantas bagian apa saja yang harus diperhatikan calon pebisnis dalam membuat suatu SK? Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa tidak ada cara yang baku dalam metode penyusunan studi kelayakan. Namun pada umumnya SK terdiri dari beberapa aspek, minimal terdiri dari (1) aspek pasar dan pemasaran, (2) aspek teknis produksi dan teknologis, (3) aspek manajemen, (4) aspek legal dan perijinan, dan (5) aspek keuangan. Sementara tingkat kerumitan, kedalaman, dan kompleksitas studi kelayakan tergantung dari obyek kajian studi itu sendiri.

Pada aspek pasar dan pemasaran calon pebisnis perlu meninjau beberapa hal penting. Tinjauan mengenai latar belakang bisa menjelaskan mengenai kronologis produk dan alasan mengapa objek tersebut dipilih, serta kondisi pasar atas produk secara umum. Berikutnya adalah masalah permintaan yang berisi tentang data jumlah permintaan terhadap produk berdasarkan data primer hasil survey, riset pasar, maupun data sekunder yang diperoleh dari sumber lain, misalnya data BPS, Lembaga Riset Nasional, dan laporan publikasi. Setelah mendapatkan data permintaan, selanjutnya dari data tersebut di proyeksikan ke depan (proyeksi permintaan), bagaimana kecenderungan permintaannya, ada kenaikan atau sebaliknya. Sementara pada bagian penawaran menjelaskan tentang jumlah produk sejenis yang ditawarkan oleh perusahaan lain, atau jumlah produk sejenis yang ada di pasaran, volume produksi perusahaan – perusahaan sejenis, sumber data lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah data dari pengguna produk sejenis.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya yaitu permintaan dan penawaran , maka dapat dilakukan analisis peluang yaitu selisih antara demand dan supply. Perlu juga mendefinisikan produk yang menjelaskan tentang kualitas, spesifikasi, kemasan, bentuk fisik, material yang digunakan, dan nama produk (brand), disamping harga yang menjelaskan tentang metode penetapan harga yang digunakan, dan berapa harga yang ditetapkan untuk produk yang akan dilaunching.

Tak kalah penting di bagian pasar dan pemasaran ini yang dilihat adalah jalur distribusi ke konsumen. Dalam hal promosi, ditentukan media apa yang akan digunakan untuk mempromosikan produk, berapa biayanya dan dalam waktu berapa lama. Selain juga strategi pemasaran yang digunakan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil oleh calon pebisnis berdasarkan data-data sebelumnya. Calon pebisnis juga perlu menentukan posisi yang tepat, apa saja kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini, dan peluang serta ancaman apa yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT. Menentukan langkah dan strategi yang tepat atau keputusan strategi, sehingga produk dan perusahaan akan berhasil dalam persaingan. Dari penulusuran-penulusuran tersebut barulah calon pebisnis bisa melakukan penilaian kelayakan, apakah objek studi berdasarkan aspek pasar dan pemasaran ini dapat dinilai layak atau tidak.

Pada bagian berikut, yaitu aspek teknis dan produksi, Ahmad menjabarkan seleksi produk, deskripsi produk, mesin dan teknologi yang akan digunakan, lokasi usaha, proses produksi, lay out fasilitas mesin dan pabrik, serta luas dan kapasitas produksi.

Sedangkan pada bidang manajemen dan sumberdaya manusia calon pebisnis diajak mempersiapkan struktur organisasi, analisis dan deskripsi pekerjaan, rekrutmen dan seleksi, sistem kompensasi, program pengembangan karyawan, dan sistem informasi manajemen.

Beberapa masalah yang harus diperhatikan dalam aspek hukum dan legalitas diantaranya badan hukum, dan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta jenis-jenis ijin yang diperlukan.

Pada aspek keuangan dan ekonomi, bisa dilihat masalah seperti modal kerja, modal investasi, proyeksi laporan keuangan, penilaian investasi, yang kemudian bisa membuat analisa denganrasio keuangan dalam bentuk tingkat likuiditas atau rasio profitabilitas misalnya.

Agar studi bisa memberikan hasil yang maksimal, sebaiknya data serta sumber informasi yang digunakan valid, dan up to date.

Dahului Bisnis dengan Studi Kelayakan

Tak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan daya intuisi untuk memulai sebuah bisnis. Lebih dari itu seorang calon pebisnis kini kian dituntut untuk melakukan studi kelayakan pada bisnis yang ingin dijalankan. Bukan hanya sekedar untuk kepentingan menilai kelayakan usaha yang akan dibangun, studi kelayakan saat ini sudah menjadi keharusan bagi calon pebisnis untuk kepentingan memulai bisnis.

Seperti diuraikan oleh Ahmad Subagyo, seorang bankir dan penulis buku studi kelayakan usaha pada website-nya yang bernama www.studikelayakan.com. “Awalnya studi kelayakan (SK) diperlukan hanya untuk menilai kelayakan usaha skala menengah dan besar, namun dekade ini studi kelayakan juga menjadi pra syarat kelengkapan kredit calon debitur baik usaha besar, menengah maupun kecil. Selain itu calon investor dalam menilai kelayakan bisnis yang akan didanainya selalu mensyaratkan adanya SK demikian juga pemerintah dalam pemberian ijin operasional juga mensyaratkan laporan SK,” urainya.



Lantas bagian apa saja yang harus diperhatikan calon pebisnis dalam membuat suatu SK? Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa tidak ada cara yang baku dalam metode penyusunan studi kelayakan. Namun pada umumnya SK terdiri dari beberapa aspek, minimal terdiri dari


  1. aspek pasar dan pemasaran,
  2. aspek teknis produksi dan teknologis,
  3. aspek manajemen,
  4. aspek legal dan perijinan,
  5. aspek keuangan.

Sementara tingkat kerumitan, kedalaman, dan kompleksitas studi kelayakan tergantung dari obyek kajian studi itu sendiri.

Pada aspek pasar dan pemasaran calon pebisnis perlu meninjau beberapa hal penting. Tinjauan mengenai latar belakang bisa menjelaskan mengenai kronologis produk dan alasan mengapa objek tersebut dipilih, serta kondisi pasar atas produk secara umum. Berikutnya adalah masalah permintaan yang berisi tentang data jumlah permintaan terhadap produk berdasarkan data primer hasil survey, riset pasar, maupun data sekunder yang diperoleh dari sumber lain, misalnya data BPS, Lembaga Riset Nasional, dan laporan publikasi. Setelah mendapatkan data permintaan, selanjutnya dari data tersebut di proyeksikan ke depan (proyeksi permintaan), bagaimana kecenderungan permintaannya, ada kenaikan atau sebaliknya. Sementara pada bagian penawaran menjelaskan tentang jumlah produk sejenis yang ditawarkan oleh perusahaan lain, atau jumlah produk sejenis yang ada di pasaran, volume produksi perusahaan – perusahaan sejenis, sumber data lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah data dari pengguna produk sejenis.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya yaitu permintaan dan penawaran , maka dapat dilakukan analisis peluang yaitu selisih antara demand dan supply. Perlu juga mendefinisikan produk yang menjelaskan tentang kualitas, spesifikasi, kemasan, bentuk fisik, material yang digunakan, dan nama produk (brand), disamping harga yang menjelaskan tentang metode penetapan harga yang digunakan, dan berapa harga yang ditetapkan untuk produk yang akan dilaunching.

Tak kalah penting di bagian pasar dan pemasaran ini yang dilihat adalah jalur distribusi ke konsumen. Dalam hal promosi, ditentukan media apa yang akan digunakan untuk mempromosikan produk, berapa biayanya dan dalam waktu berapa lama. Selain juga strategi pemasaran yang digunakan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil oleh calon pebisnis berdasarkan data-data sebelumnya. Calon pebisnis juga perlu menentukan posisi yang tepat, apa saja kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini, dan peluang serta ancaman apa yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT. Menentukan langkah dan strategi yang tepat atau keputusan strategi, sehingga produk dan perusahaan akan berhasil dalam persaingan. Dari penulusuran-penulusuran tersebut barulah calon pebisnis bisa melakukan penilaian kelayakan, apakah objek studi berdasarkan aspek pasar dan pemasaran ini dapat dinilai layak atau tidak.

Pada bagian berikut, yaitu aspek teknis dan produksi, Ahmad menjabarkan seleksi produk, deskripsi produk, mesin dan teknologi yang akan digunakan, lokasi usaha, proses produksi, lay out fasilitas mesin dan pabrik, serta luas dan kapasitas produksi.

Sedangkan pada bidang manajemen dan sumberdaya manusia calon pebisnis diajak mempersiapkan struktur organisasi, analisis dan deskripsi pekerjaan, rekrutmen dan seleksi, sistem kompensasi, program pengembangan karyawan, dan sistem informasi manajemen.

Beberapa masalah yang harus diperhatikan dalam aspek hukum dan legalitas diantaranya badan hukum, dan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta jenis-jenis ijin yang diperlukan.

Pada aspek keuangan dan ekonomi, bisa dilihat masalah seperti modal kerja, modal investasi, proyeksi laporan keuangan, penilaian investasi, yang kemudian bisa membuat analisa denganrasio keuangan dalam bentuk tingkat likuiditas atau rasio profitabilitas misalnya.

Agar studi bisa memberikan hasil yang maksimal, sebaiknya data serta sumber informasi yang digunakan valid, dan up to date.


Membangun Bisnis Itu Perlu Konsep

Anda ingin berbisnis? Jangan tunda keinginan, mulai lah sekarang juga! Ajakan tersebut sering Kita baca dan dengar untuk memotivasi seseorang agar bersemangat dan berkeinginan untuk memulai bisnis yang sesungguhnya. Ada benarnya, karena jika ditunda-tunda bisa-bisa keinginan tersebut kandas karena terlalu banyak pertimbangan. Hanya saja ajakan tersebut bukan berarti bahwa memulai sebuah bisnis tidak membutuhkan persiapan.


Memulai bisnis yang baik membutuhkan sebuah konsep. Jika perlu konsep yang dibuat berbeda dalam artian lebih baik dibandingkan bisnis sejenis yang telah ada. Pertanyaan yang dapat membantu calon pebisnis membuat konsep adalah, seperti apa bisnis akan dijalankan?


Misalnya saja, calon pebisnis ingin mencoba bisnis berdagang kecil-kecilan produk tas. Untuk ini konsep berdagang yang akan dijalankan terlebih dahulu disusun dengan baik. Bagaimana penjualan dilakukan sehingga menarik pasar? Kemudian, siapa target pasarnya?

Membuat konsep bisnis seperti ini memerlukan kejelian calon pebisnis dalam melihat persaingan di pasar. Tak perlu ide-ide yang rumit, tapi buatlah konsep dengan pendekatan-pendekatan yang sederhana, namun langsung menuju pada pemecahan masalah, sehingga produk atau jasa mudah diterima oleh pasar.

Kembali pada contoh di atas, bisnis kecil-kecilan menjual tas. Namanya bisnis kecil-kecilan, ada kalanya calon pebisnis belum bisa atau belum berkeinginan menyewa/membeli kios atau toko sebagai etalase produk. Sementara menjual secara langsung kepada pelanggan, tentunya ada kelebihan yang harus ditawarkan. Jika tidak ada, bisa jadi pelanggan tidak berminat karena merasa lebih bebas memilih di toko dan harga mungkin tidak jauh berbeda. Nah untuk ini, konsep apa yang bisa digunakan? Misalnya calon pebisnis menawarkan pembayaran cicilan 2 kali untuk setiap produk yang akan dijual. Meski produk sejenis berharga sama dengan di toko, metode bayar dua kali ini bisa jadi salah satu penarik.

Daftar pertanyaan untuk bisnis terkait selanjutnya, darimana produk bisa didapatkan calon pebisnis sehingga memberikan hasil optimal? Untuk ini calon pebisnis tentu perlu mencari informasi tentang supplier produk yang cocok untuk konsep bisnis.

Dari penyusunan konsep sebuah bisnis, calon pebisnis selanjutnya bisa memperkirakan besaran marjin yang akan didapat. Selanjutnya kelihaian mengutak atik konsep sehingga memperoleh marjin dan pencapaian optimal yang diperkirakan akan memuaskan calon pebisnis.

Robert T Kiyosaki dalam gagasannya 'how to get rich' memberikan enam kiat yang dapat diaplikasikan seseorang untuk menjadi kaya. Salah satu kiat tersebut adalah penguasaan atas empat konsep bisnis yaitu pemasukan, pengeluaran, neraca aset, dan liabilities.

Jadi jika telah yakin ingin menjalankan sebuah bisnis, susun segera konsep bisnis yang akan dijalankan. Selanjutnya konsep tersebut akan jadi panduan calon pebisnis dalam menjalankan bisnis. Yakin lah, dengan membuat konsep sebuah bisnis yang baik sebelum memulainya, Anda akan lebih yakin dan optimis dalam menjalankan mimpi Anda.

The Best Preparation

Mitra bisnis, business wisdom hari ini akan mencoba menggambarkan bahwa dalam bisnis, persiapan yang berlebihan itu kadang justru tidaklah bagus. Namun kenyataannnya, dalam berbisnis, seseorang sering mempersiapkan segala sesuatunya secara berlebihan.

Ada sebuah cerita menarik dari pengalaman saya sendiri. Dulu saya ingin sekali menulis sebuah puisi atau cacatan kecil. Waktu itu saya masih kecil dan saya ingat betul bahwa saya menganggap hal itu adalah sesuatu yang hebat. Sesuatu yang harus saya persiapkan secara matang.


Saya ingin mempunyai kamar sendiri, meja yang ada lampunya supaya lebih enak menulisnya. Lalu saya pergi ke toko buku untuk membeli buku yang paling bagus, kertasnya mulus, beli pulpen yang tepat untuk menulis. Saya akan mempersiapan semuanya dengan baik. Saya akan membaca banyak buku tentang puisi. Sehingga pada saat hari pertama, saya bisa menulis puisi dengan baik.

Kalau Anda lihat, proses tersebut adalah umum di mana-mana. Biasanya setelah tiga bulan, Anda belum juga mulai menulis. Pada saat mulai menulis, Anda akan berpikir, "Ah, sayang kalau tulisan saya jelek. Saya perlu latihan dulu. Kata pembuka apa yang terbaik yang pertama."

Maka semua itu membuat pikiran Anda terpecah-pecah untuk mempersiapkan diri mulai menulis. Saran yang bagus adalah, kalau Anda mau menulis, ambil saja kertas, pulpen dan tulislah sesuatu. Kedengarannya kok mudah sekali. Tapi memang hidup ini kadang semudah itu.

Kalau kita melakukan persiapan yang berlebihan, maka kita akan menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak penting yang sebetulnya diluar dari apa yang sedang kita kerjakan.

Dalam berbisnis, seseorang sering mempersiapkan segala sesuatunya secara berlebihan. Hitung rugi, research, survey kemana-mana, tanya soal pajak, software, pembukuan atau pun melakukan ini dan itu. Semua persiapan begitu matang sehingga perhatian Anda terpecah pada hal-hal yang tidak essential. Akhirnya Anda terlalu capek untuk memulai berbisnis yang sebenarnya.

Saran saya kepada siapa saja yang mau mulai menulis, baik manual maupun secara digital pada komputer, mereka yang mau melukis atau menggambar, atau mereka yang mau memulai berbisnis. Semua itu sama saja, just do it atau langsung saja Anda lakukan. Tentu saja dengan sejumlah risiko yang sudah dibatasi, tahu sedikit banyak tentang bisnis tersebut, dan bukan berarti Anda secara total 100 persen langsung nyemplung dalam dunia bisnis. Intinya, sebuah persiapan yang berlebihan, sering membuat kita kehabisan tenaga sebelum memulai yang paling esensi.

Mitra bisnis, kalau Anda ingin melakukan perjalanan jauh atau melakukan bisnis kecil, atau melakukan hal yang baru, kalau itu tidak terlalu berisiko dan tidak terlalu susah untuk dilakukan. Lakukan saja atau just do it. Tidak harus mempersiapkannya terlalu hebat, karena energi Anda akan habis hanya untuk itu. Pada akhirnya energi Anda tidak digunakan untuk hal yang penting itu.

* Tanadi Santoso
* entrepreneur, pengisi business wisdom di salah satu radio bisnis, pada blog-nya: www.tanadisantoso.com

Belajar Membuat Proposal Bisnis

Punya ide bisnis bagus untuk dikembangkan, namun tidak memiliki cukup modal untuk memulainya? Salah satu jalan keluarnya adalah mencari pemodal atau investor yang bisa mendanai bisnis. Namun tentu saja membuat orang lain percaya dan tertarik untuk bekerjasama bukanlah hal yang mudah. Calon pebisnis perlu meyakinkan untuk tujuan tersebut.

Proposal bisnis bisa digunakan sebagai salah satu jalan untuk menarik investor. Pada intinya proposal bisnis merupakan penuangan segala pikiran pelaku bisnis tentang rencana bisnisnya ke depan. Lewat proposal bisnis juga calon pebisnis menyatakan tujuan, visi dan misi dari bisnis yang akan dijalankan. Harapannya tidak lain adalah, pemodal atau investor sepaham dengan tujuan, visi dan misi bisnis yang akan dijalankan, sehingga tergerak untuk mendanai bisnis.


Tapi tentu saja, membuat proposal bisnis yang baik dan menarik bukanlah hal yang mudah. Mau tidak mau calon pebisnis harus mempelajari terlebih dahulu teknik penulisan proposal yang baik dan benar serta menarik. Berguru pada yang pebisnis lain yang telah sukses, atau rajin membaca literatur tentang menyusun proposal bisnis bisa dijalankan. Banyak buku bacaan saat ini membahas topik tersebut.

Menyusun proposal yang baik, semestinya calon pebisnis menyesuaikan isinya dengan pembaca yang dituju (dalam hal ini investor). Dengan kata lain, calon pebisnis menguasai dengan baik kemudian memaparkan di dalam proposal tersebut tujuan penulisan. Untuk mencapai keinginan, mengetahui karakteristik calon investor yang dituju akan sangat membantu tercapainya tujuan pembuatan proposal.

Isi proposal bisnis disesuaikan dengan tujuan pembuatannya. Namun setidaknya ada beberapa hal yang tidak boleh terlupakan dalam membuat proposal. Diantaranya judul proposal, ringkasan proposal usaha, analisis pasar, aspek produksi, rencana pemasaran, dan rencana keuangan. Selain itu pada bagian khusus, bisa dijadikan bab lampiran, dimuat juga struktur organisasi atau manajemen, surat ijin usaha jika ada, dan gambar-gambar foto pendukung.

Semakin baik dan benar serta menarik susunan proposal, akan semakin besar kesempatan calon pebisnis bisa menggaet investor. Dan jika telah mahir membuat proposal bisnis, jalan untuk merentas kerjasama bisnis dengan berbagai pihak pun akan semakin terbuka. Karena menjaring investor hanyalah satu dari beberapa tujuan dibuatnya proposal bisnis. Selain untuk kepentingan menarik investor, proposal juga bisa digunakan untuk menarik pihak lain bekerjasama untuk kepentingan bisnis.

Apa Saja yang Diperhatikan di Masa Awal Bisnis Ritel?

Bisnis tidak selalu berjalan indah seperti yang dibayangkan. Terutama jika pebisnis baru saja memulai usaha. Dalam hitungan bulan, mungkin pebisnis pemula akan terheran-heran dan tidak bisa menerima dengan lapang dada kenyataan, jika tidak mengetahui karakteristik bisnis yang dijalankan. Jika telah mengetahui karakteristiknya, mungkin pebisnis akan tetap optimistis menjalankan usaha.

Ambil saja salah satu contoh bisnis yang paling sering/umum dipilih oleh para pemula, yaitu bisnis ritel atau perdagangan eceran. Kedengarannya simpel.Untuk berjualan, seseorang hanya perlu mempersiapkan tempat jualan dan produk, kemudian pembeli datang, usaha pun berjalan. Namun prosesnya tidaklah segampang itu. Banyak tantangan yang akan ditemui pebisnis pada awal usaha.


Setidaknya beberapa hal penting diperhatikan pebisnis ritel pemula di awal-awal usahanya. Seperti diuraikan pebisnis dan motivator bisnis Masbukhin Pradhana, setidaknya ada empat hal harus diperhatikan untuk tahap-tahap awal dimulainya bisnis ritel. Yang pertama sekali sangat berpengaruh menurutnya adalah masalah pemilihan lokasi. Pria yang dijuluki Raja Voucer ini berujar, jika setelah dibuka toko laris, berarti lokasi yang telah dipilih pebisnis sudah benar, dalam artian sudah strategis. Strategis karena di tempat tersebut ada orang yang mencari produk yang dijual, strategis karena dilalui banyak orang. Selain itu strategis karena lokasi mudah dilihat, disamping juga misalnya tempat parkiran yang memadai. Sebaliknya jika tidak laris atau sepi pembeli, faktor-faktor tadi bisa kembali dievaluasi.

Selanjutnya, pebisnis juga harus siap menerima tantangan untuk menerima kenyataan bahwa seseorang harus mempersiapkan modal ekstra di awal usaha. Pasalnya menurut Cak Bukhin, masa Break Event Point (BEP) bisnis-bisnis ritel bisa saja baru tercapai pada waktu 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, atau bahkan lebih. Sementara dalam masa-masa tersebut operasional terus berjalan dan membutuhkan biaya. Sebut saja biaya sewa tempat, biaya dekorasi, biaya pengadaan produk, dan gaji penjaga toko.

Ketiga, tentang produk yang dijual. Apakah produk yang dijual memang banyak dicari orang atau oleh kalangan tertentu saja? Membahas produk yang dijual tentunya sangat berhubungan dengan pemilihan lokasi toko. Produk yang dijual di tempat yang sesuai dengan target pasar tentunya akan lebih menguntungkan.

Terakhir, mengkomunikasikan produk secara ekstra menurut Cak Bukhin juga sangat disyaratkan bagi bisnis-bisnis apa pun yang baru dimulai. Diantara media komunikasi efektif adalah papan nama, spanduk yang bertuliskan kata-kata agar membuat orang ingat dan ingin membeli, atau brosur yang gampang disebar di tempat-tempat strategis.

Merebut Masa Depan

Masa depan sukses pasti menjadi impian setiap orang, berbagai cara diupayakan untuk mencapainya. Standard tentunya sudah ditentukan lebih a...