Layaknya sebuah peperangan, strategi sangatlah penting sehebat apapun tak akan banyak berguna, jika para serdadunya tak mampu menjalankan strategi. Untuk itulah sebelumnya para serdadu ini perlu diberi berbagai teori dan siasat peperangan serta latihan perang.
Selanjutnya melalui pembekalan itu para komandan akann memberikan arahan bagimana seharusnya berperang untuk meraih kemenangan. Tanpa ini semua di medan peperanagn mereka akan lepas kendali dan bisa jadi mudah menyerah.
Satu hal yang tak akan dilupakan para panglima perang, adalah perlunya suntikan semangat dan penanaman rasa memiliki, sehingga prajurit mau berjuang mati-matian untuk meraih kejayaan negrinya di amsa mendatang.
Dalam dunia bisnis pemratekkan ilmu perang untuk memenangkan pasar telah banyak diserukan pakar. Pasukan pemasaran dapat dianggap sebagai pasukan elit dalam militer. Soalnya peran intelejen prajurit terdepan sampai prajurit penjaga territorial menjadi peran pemasaran.
Susahnya menyiapkan tenaga pemasaran tak bisa memakai disiplin militer yang terkesan mengedepankan doktrinasi. Maka harus ada suatu kreativitas tertentu dalam pemberian materi ilmu dan siasat perang dalam pemasaran.
Disisi lain perusahaan sering merasa berat untuk mengeluarkan biaya besar dalam meningkatkan kualitas pelatihan. Hanya buang –buang usang saja, piker mereka. Tetapi mereka tak menyadari keberhasilan dalam menggeser sifat pemasaran dari transaksi ke relasi dan akhirnya menuju jejearing, banyak ditentukan kecanggihan untuk memeperoleh SDM pemasaran yang andal. Ini banyak ditopang dengan adanya pelatihan yang memadai.
Hiscak Secakusuma, Direktur PT Pembanguna jaya, memandang betapa pentingnya pelatihan SDM. Bagi dia kesalahan yang dilakukan manajemen tingkat bawah merupakan kesalahan yang lebih atas. Untuk itulah pentingnya pemberihan arahan dan wawasan dalam bentuk pelatihan untuk meminimkan kesalahan jelasnya.
Di Bank Papan Sejahtera pelatiahan dianggap sebagai hal yang palingg utama. Pelatihan ini menurut eksekutifnya, Enny harjanto dapat digunakan sebagai wahana untuk memupuk kecintaan SDM terhadap perusahaanya. Ujungnya untuk menagasah keahlian SDM dalam memahami tujuan jangka panjang perusahaan.
Pentingnya wawasan kedepan ini seperti dikatakan Faisal Afif dari Universitas Pajajaran. Karena keputusan pemasaran yang bersifat taktis melalui kiat-kiat sudah sulit untuk memecahkan persoalan inti seksekutif pemasaran. Persoalan yang mereka hadapi lebih merupakan persoalan strategis. Solusinya adalah haruslah melalui perencanaan jangka panjang selaras dengan perubahan makro dan mikro bisnis.
Faisal megingatkan bahwa tak jarang eksekutif pemasaran terlalu asyik menangani permasalaham sehari-hari, sehingga menghindari pikiran intelejen yang berkenaan dengan hal-hal jangka panjang. Akhirnya mereka cenderung bergaya reaktif, taktis dan statis ketimbang proaktif, strategic dan dinamis.
Sebenarnya tangguhnya eksekutif pemasaran memakai kriteria apa ? Secara ideal Enny mengemukakan beberapa persyaratan . Pemasaran yang dibutuhkan adalah mereka yang dinamis, pro aktif, bervisi, inisatif, kreatif, pandai menggunakan hitech, dapat bekerjasama dalam suatu tim, dan berpendidikan formal.
Secara lebih spesifik Dwi Kartini akademisi pemasaran dari Universitas Pajajaran Bandung mengeukakan bebrapa keahlian yang harus dimiliki serdadu pemasaran ini. Mareka harus memiliki keahlian merencanakan pengembangan segmentasi produk, analisa perilaku pembeli, riset pasar analisis informasi berpikir startegik dan sistematik optimasi bauran pemasaran dan penyelesaian konflik. Kemampuan manajemen seperti manajemen inovasi penjualan periklanan dan produktivitas juga harus dikuasai tenaga pemasar selain sadar lingkungan dan keahlian dalam memahami kepentiongan jangka panjang perusahaan.
Dari kriteria tersebut terlihat bahwa sebenarnya seorang eksekutif pemasaran mutlak harus memiliki kemampuan dasar manajemen yakni palnning organizing actuating dan controlling. Kemudian kemampuan dasar diimprovisasi sesuai perkembangan dan perubahan lingkungan yang emlingkupi biosnisnya.
Keahlian merencanakan bukan sekedar mampu mebuat sesuatu perencaan yang runtut. "Payahnya seringkali perencana hanya pandai merencanakan tapi tak disikronkan dengan tujuannnya., kata Dwi. Eksekutif pemasaran yang ingin meningkatkan kinerja dan efisisensi harus pula membarengi perencanaan yang baik dngan implemantasi yang tepat serta pengendalain akan hasil-hasil operasinya.
Memang kenyataan pasar selalu mengalami perubahan dan produk yang ditawarkan pun mungkin akan menyesuaikan . Ini yang memicu adanya syarat keahlian untuk dapat menjadi organisator SDM perusahaan yang dinamis. Sehingga jelaslah perbedaan eksekutif pemasaran dengan birokrat.
Sejaln dengan dinamika perubahan itu, terjadinya heterogonitas di pasar memiliki probalitas yang tingggi. Tak pelak pemahaman kelompok-kelompok pasar yang bereda menjadi kebutuhan pemasar. Ini tergantung dari keseksamaan pemahaman akan dasar-dasar segmentasi pasar.
Melalu riset pasar pemasar akan berhadapan denga situasi untuk memutuskan apakah segmen baru yang dilih akan efektif. Artinya apakah segmen tersebut dapat diukur, diakses, diprediksi, dan menguntungkan. Sehingga kemampuan dalam analisa perilaku pembelian dan informasi, riset pemasaran berpikir strategic dan sistematik harus dipunyai pemasar. Hal ini perlu pula didukung sifat inovatif untuk terus mencari cara-car baru.
Untuk meraih itu semua perlu kesediaan perusahaan untuk mengalokasikan sumber dananya. Last but not least adanya prasarana dan sarana pelatihan yang memadai akan mempermudah perolehan SDM pemasaran yang qualified ini.
Sampai sekarang kebanyakan perusahaan memilih alternative kegiatan pelatihan on the job, program pengembangan profesi yang dilaksanakan lembaga berakredetasi. Atau mengirim sekoalah SDM pemasarannya. Selain itu perusahaan juga sering memilih alternative pengiriman SDM ke konggres lokakarya dan seminar.
Ada pertanyaan yang mencuat berkenaan dengan pelatihan ini, dan menjadi renungan tersendiri bagi kalangan pemasaran, Seberapa jauh kurikulum dan paket pelatihan mampu mengikuti perubahan pasar, dan tuntutan lingkungan makro serta mikro bisnisnya
Karena itu sejalan dengan perbaikkan kurikulum dan paket pelatihan perusahaan juga perlu menyediakan program pasca pelatihan serta kesempatan bagi para eksekutif yang telah mengikuti pelatihan. Seperti dikatakan Enny secanggih apapun SDM tanpa pemberian peluang mereka tak akan berkembang.
3 komentar:
Wah, fotoku mana mas..hehe...
inngih ngko aku pasang trus narasine sing sip piye
inngih ngko aku pasang trus narasine sing sip piye
Posting Komentar