26 Maret 2008

Festival 1000 Pedagang Mie dan bakso

Sabtu, 22 Maret 2008 aku bersama istri dan kedua anakku Galuh dan Ardi ke Jogja Expo Centre mendatangi Festival 1000 Pedagang Mie dan Bakso, liburan panjang dan makan gratis yang medorong kami kesana. Berita ini saya peroleh dari koran yang kemudian saya ceritakan kepada istri. Di koran diberitakan untuk ikut bisa ambil vhocher dibeberapa tempat ditentukan, langsung istriku angkat gagang telpon menelpon tempat pengambilan vhocer ternyata sudah banyak yang habis katanya karena memang hari itu sudah hari jumat dan korannya hari rabu, dari sekian tempat ada yang meginformasikan alamat tertentu awalnya dijawab habis, kemudian istri telpon ulang memprkenalkan diri bahwa dia pegawai BTKL, eee kok langsnng di katakan masih bahkan siap mengantar. Akhirnya vhoucer diantar 10 lembar, ketika mengantar pengantar memperkenalkan diri sebagai panitia dan dia sendiri pegawai BPR Arta ?. (lupa)
Voucher saya amati kertas bagus, cetakan bagus, acara tercantum semua bagus temasuk jadwal pengambilan jatah makan dibagi beberapa gelombang, sistematikanya bagus. Pada tataran pelaksanaan jauh dari rencana terutama makan gratisnya, karena saya datang jam 13.00 disitu banyak sudah pedagang yang dagangannya sudah habis ludes. Terutama dibagian pintu masuk. Saya coba amati ternyata jadwal tertera pada vhocher tidak berlaku, setiap pengunjung langsung bisa makan tidak harus sesuai jadwal tidak hanya itu tidak bawa vocher pun bisa pesan, bahkan bisa membungkus. Tidak sedikit pengunjung datang pesan membungks lebih dari satu bungkus di satu pedagang dan pesan lagi di pedagang yang lain. Rupanya ini yang menjadi sebab belum selesai acara sesuai jadwal tapi dagangan habis ludes sehingga pengunjung akhir tak mendapat bagian.
Ketika menikmati bakso saya mecoba merenung sebenarnya perencanaan festival ini sudah baik tapi hanya baru pada tataran perencanaan yaitu baik diatas kertas, perlu dievaluasi agar yang akan datang lebih baik. Bukankah kejadian seperti ini adalah sesuatu yang lazim diseluruh segi kehidpan di negara kita, atau bahkan bisa disebut membudaya, budaya yang perlu dievaluasi. Kondisi negara kita kurang lebih hampir mirip dengan festival ini banyak perarturan yang ada sudah baik tapi baru hiasan sehingga kondisi negara scara umum memprihatinkan sembako melonjak tak terjangkau rakyat yang berakibat banyaknya penyakit, kriminalitas merebak, korupsi tak tertahankan baik oleh pejabat, rakyat bahkan ulama pun ambil bagian dan entah apa lagi.
Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini, saya pikir kalaupun kita setiap warga negara secara sadar mencoba belajar mencipta budaya baru yang lebih baik dari yang sudah semua pasti akan bisa berubah, karena peraturan sebaik apapun tergantung si pelaku seperti apa yang dikatakan oleh UUD 45. Bagaimana ?....... setuju!

Tidak ada komentar:

Merebut Masa Depan

Masa depan sukses pasti menjadi impian setiap orang, berbagai cara diupayakan untuk mencapainya. Standard tentunya sudah ditentukan lebih a...