Saat usai tadarus sepulang sholat jamaah subuh di Masjid Darul Muttaqin aku menghidupakan radioku untuk menemani aktifitasku di pagi hari, tanpa memilih gelombang aku dapatkan acara yang memberikan pencerahan di pagi itu yang patut untuk menjadi sebuah perenungan.
Cerita berawal dari seorang ayah yang mendapati anaknya sangat temperamen, sangat emosional, dengan bijaknya sang ayah memanggil anaknya memberikan sekantong paku sambil berucap : “Nak aku beri engkau sekantong paku, apabila engkau nanti mendaptkan sesuatu dan terasa akan marah maka ambillah satu paku tancapkan pada tiang, lakukan itu sampai paku dalm kantong itu habis”.
Nasehat sang ayah dilaksanakan oleh sang anak, pada hari pertama setelah menerima sekantong paku sang anak merasa ingin marah sampi 40 kali dan ditancapkanlah paku dihari itu empat puluh buah, di hari kedua 35 paku, hari berikutnya berkurang hingga habis paku didalam kantong.
Sang anak datang kepada sang ayah dan melapor bahwa paku didalam kantong telah habis, maka sang ayah kemudian menjawab ; “Sekarang karena paku dalam kantong sudah habis maka setiap engkau merasa ingin marah maka cabutlah paku yang telah engkau tancapka pada tiang, hingga habis paku itu”.
Sang anak mematuhi nasehat sang ayah maka setiap merasa akan marah dicabutlah paku itu dari tiang, sampai habis paku yang tertancap pada tiang.
Sang anak menghadap kembali kepada sang ayah, maka sang ayah berkata : ”Coba nak lihatlah awalnya setiap engkau marah paku engkau tancapkan, dengan sepert itu reda kemarahanmu, pada berikutnya setiap engakau marah engaku cabut paku yang ada pada tiang reda pula marahmu. Dari hari ke hari engakau akhirnya mampu mengelola kemarahanmu, cobalah lihat anakku ketika marah engkau tancapkan paku pada tiang puaslah engkau, ketiak marah engkau cabut paku pada tiang puaslah pula engkau, tapi anakku lihat apa yang kau dapati bekas- bekas dimana paku engkau tancapkan tidak hilang tetap ada tetap nampak walau paku telah engkau cabut darinya”.
Sang anak mencermati bekas paku pada tiang dan sang ayah pun melanjutkan: “Jika kita dapat mengelola kemarahan dengan baik tanapa harus melukai orang lain maka tak akan ada bekas kemarahan kepada siapapun, walau kita telah meminta maaf kepada siapapun tetapi bekas tetap ada, maka kelolalah marah jangan sampai meningalkan bekas luka pada siapapun”.
Ramadan 1429 H hari yang ke 19
Cerita berawal dari seorang ayah yang mendapati anaknya sangat temperamen, sangat emosional, dengan bijaknya sang ayah memanggil anaknya memberikan sekantong paku sambil berucap : “Nak aku beri engkau sekantong paku, apabila engkau nanti mendaptkan sesuatu dan terasa akan marah maka ambillah satu paku tancapkan pada tiang, lakukan itu sampai paku dalm kantong itu habis”.
Nasehat sang ayah dilaksanakan oleh sang anak, pada hari pertama setelah menerima sekantong paku sang anak merasa ingin marah sampi 40 kali dan ditancapkanlah paku dihari itu empat puluh buah, di hari kedua 35 paku, hari berikutnya berkurang hingga habis paku didalam kantong.
Sang anak datang kepada sang ayah dan melapor bahwa paku didalam kantong telah habis, maka sang ayah kemudian menjawab ; “Sekarang karena paku dalam kantong sudah habis maka setiap engkau merasa ingin marah maka cabutlah paku yang telah engkau tancapka pada tiang, hingga habis paku itu”.
Sang anak mematuhi nasehat sang ayah maka setiap merasa akan marah dicabutlah paku itu dari tiang, sampai habis paku yang tertancap pada tiang.
Sang anak menghadap kembali kepada sang ayah, maka sang ayah berkata : ”Coba nak lihatlah awalnya setiap engkau marah paku engkau tancapkan, dengan sepert itu reda kemarahanmu, pada berikutnya setiap engakau marah engaku cabut paku yang ada pada tiang reda pula marahmu. Dari hari ke hari engakau akhirnya mampu mengelola kemarahanmu, cobalah lihat anakku ketika marah engkau tancapkan paku pada tiang puaslah engkau, ketiak marah engkau cabut paku pada tiang puaslah pula engkau, tapi anakku lihat apa yang kau dapati bekas- bekas dimana paku engkau tancapkan tidak hilang tetap ada tetap nampak walau paku telah engkau cabut darinya”.
Sang anak mencermati bekas paku pada tiang dan sang ayah pun melanjutkan: “Jika kita dapat mengelola kemarahan dengan baik tanapa harus melukai orang lain maka tak akan ada bekas kemarahan kepada siapapun, walau kita telah meminta maaf kepada siapapun tetapi bekas tetap ada, maka kelolalah marah jangan sampai meningalkan bekas luka pada siapapun”.
Ramadan 1429 H hari yang ke 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar